Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Minyak jelantah limbah rumah tangga yang sering dibuang jika sudah tak layak pakai, sebab jika digunakan untuk kebutuhan masakan punya efek tidak baik bagi kesehatan.
Diketahui membuang sampah minyak jelantah sembarangan juga sama bahayanya terhadap kerusakan lingkungan. Menurut Pakar lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Katrina Oginawati, mengatakan jika akhir pembuangan minyak jelantah ke saluran air dapat menyebabkan tersumbatnya saluran pembuangan, lantas jika bermuara ke danau atau laut, lemak minyak akan berkumpul dan membentuk suatu lapisan yang bisa menutupi permukaan air.
Itu bisa menghalangi masuknya sinar matahari dan pasokan oksigen dalam kurun waktu lama berubah jadi racun dan berbahaya bagi makhluk hidup di dalamnya, selain itu lemak sangat disukai bakteri dan menjadi tempat berkembang biak.
Dapat meminimalisir pembuangan limbah minyak jelantah dengan diolah jadi beberapa bahan pakai seperti pemaparan berikut
- Lampu Pijar
Ternyata minyak jelantah yang ada bisa digunakan untuk kebutuhan penerangan di rumah, hanya memerlukan sumbu dan beberapa milliliter cairan minyak jelantah. Satukan sumbu dan minyak jelantah dalam satu wadah, kemudian percikan api di sumbu, dan lampu pijar pun jadi bermanfaat buat rumahmu terang dengan api sederhana, diketahui penggunaan minyak jelatah lebih awet dari pada menggunakan minyak tanah
- Dijadikan sabun
Perlu diketahui untuk jadi sebuah sabun, penggunaan komposisi minyak jelantah tidak benar-benar sepenuhnya, dibutuhkan beberapa proses pengolahan, salah satu dengan campuran abu kulit buah kapuk randu. Hasil kombinasi ini diketahui, menghasilkan senyawa kalium karbonat sebanyak 78,95 persen dari abu kulit buah Kapuk Randu, kemudian diektrasi jadi soda kue dilarut jadi kalium hidroksida.
Akhir dari kalium hidroksida ini barulah dicampur dengan minyak jelantah dan dipanaskan selam satu jam, baru bisa dicetak dan digunakan sebagai sabun.
Bisa juga dengan bahan minyak jelantah, dibutuhkan minyak kelapa, cuka apel, NaOH, fragrance oil, arang, dan air. Semua bahan satu per satu dicampur dan diaduk. Tapi sebelumnya minyak jelantah disaring menggunakan kain dan direndam beberapa saat bersama arang. Fungsi arang untuk menyerap kotoran yang ada di minyak jelantah sehingga warnanya sedikit lebih jernih.
Setelah tercampur, semua bahan dimasukkan ke dalam cetakan dan ditunggu selama 12 jam sehingga bahan yang tadinya cair berubah menjadi padat dan bisa dipotong-potong. Setelah itu, sabun cuci minyak jelantah bisa digunakan
Baca: Bahaya Mengintai Jika Rutin Menggunakan Minyak Jelantah
- Kembali digunakan untuk bahan goreng masakan
Inovasi berasal dari kelompok mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, membuat minyak jelantah jadi layak pakai kembali bahkan penyaringan memenuhi standar baku mutu sesuai standar nasional Indonesia (SNI).
Uji hasil penyaringan dilakukan di laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan Fakultas Pertanian, proses awal dilakukan penyaringan dengan filter memisahkan sisa-sisa penggorengan.
filter kedua dengan dipompa vakum, dilanjutkan proses pemanasan suhu mencapai 150 derajat celcius. Proses pemanasan berguna untuk hilangkan kandungan air, di suhu ini air berubah fasa dari cair menjadi gas.
Lengkapi sensor suhu, agar temperatur terjaga pada filter kedua, proses pemindahan berlanjut ke filter ketiga. Proses ketiga ini diatur bekerja selama dua menit filterisasi dan pengadukan untuk hilangkan kadar lemak jenuh. Pada filter keempat terdapat arang aktif mengurangi kadar logam dan minyak jenuh pada minyak jelantah.
Pada filter kelima terdapat bentonit sebagai permurni, bahan inilah yang membuat warna menjadi kembali cerah. Filter keenam, minyak goreng yang tersaring menjadi bersih dan bebas dari lemak jenuh dan kotoran.
Serangakaian proses ini tidak dapat dilakukan di rumah, sebab seluruh proses memiliki Standart Operasional Prosedur (SOP) laboratorium, sebagai informasi dari penelitian ini mendapat penghargaan medali emas dalam The 3rd International Young Inventors Award (IYIA) diselenggarakan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) di Surabaya.
- Biodiesel dari minyak goreng bekas
Inovasi membuat dan mengembangkan biodiesel dari minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah dari kelompok mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Ada serangkai proses hingga benar-benar layak digunakan menjadi biodiesel, seperti proses konversi dengan cara memberikan aliran listrik (elektrolisis) ke dalam larutan minyak jelantah dengan variasi waktu tertentu.
Elektroda atau batang logam berperan mengaliri listrik telah dilumuri dengan larutan khusus seperti kitosan gel.
Semua proses elektrolisi mengubah minyak jelantah dalam dua lapisan, berwana cokelat yakni lapisan gliserol dan lapisan kuning keruh lapisan biodiesel. Tahap akhir dari serangkaian proses itu adalah mencuci lapisan biodiesel dari residu hingga menghasilkan biodiesel murni yang siap pakai.
TIKA AYU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini