Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua tahun lalu, Emma Raducanu tidak yakin bahwa tenis adalah olahraga yang cocok untuknya. Ia punya alternatif untuk bertahan di dunia pendidikan sebagai rencana cadangan di masa depannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, semua berubah. Bak cerita dongeng, capaiannya menembus babak final Grand Slam US Open 2021 menghapus keraguannya untuk berbaur di kancah tenis dunia. "Ketika saya mulai mendapatkan hasil di awal perjalanan, itu jelas membuka mata bahwa saya bisa melakukan sesuatu di sini," kata Raducanu dikutip dari Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya tidak pernah benar-benar menyadari bahwa saya akan menjadikan tenis untuk karier. Saya selalu memilih pendidikan saya sebagai cadangan. Saya melakukannya bersamaan dengan olahraga tenis saya. Saya punya pilihan. Saya masih melakukannya, tapi jelas sekarang saya 100 persen untuk tenis," kata dia melanjutkan.
Raducanu, berhasil mencapai babak final US Open setelah mengukir kemenangan atas Maria Sakkari, dengan skor 6-1, 6-4 di Arthur Ashe Stadium, Amerika Serikat, Kamis, 9 September atau Jumat WIB, 10 September 2021. Ia menjadi petenis kualifikasi pertama yang berhasil menembus babak final Grand Slam.
Hasil itu menjadi babak berikut setelah ia tampil menakjubkan di putaran keempat pada debut utamanya di ajang tenis Wimbledon, Juli lalu. Raducanu telah menunjukkan bahwa keberhasilannya di lapangan rumput bukanlah hal yang mudah. Kini, ia mampu melangkah lebih jauh di Flushing Meadow setelah memulai perjalanannya sebagai petenis kualifikasi.
Petenis Inggris Emma Raducanu menerima perawatan medis di sela pertandingan melawan Ajla Tomljanovic di babak 16 besar Wimbledon 2021. REUTERS/Toby Melville
Kemenangan di final AS Terbuka pada Ahad WIB, 12 September mendatang, akan membuat petenis berusia 18 tahun itu menjadi petenis putri Inggris dengan peringkat tertinggi, yaitu peringkat 24 dunia. Dia memulai keikutsertaannya di turnamen lapangan keras ini dengan berada peringkat ke-150.
Bertanding di kelompok usia, bagi Raducanu, telah mengembangkan kepercayaan diri di ajang yang lebih besar. Ia lahir dari ayah yang berkewarganegaraan Rumania dan ibu yang berkebangsaan China. Raducanu mengaku terinspirasi oleh petenis China bernama Li Na. Saat tumbuh dewasa, ia mengaku sering melihat pertandingan pemilik dua gelar Grand Slam tersebut.
Kemenangan terbesarnya hingga saat ini adalah gelar pada tahun 2019 di acara Federasi Tenis Internasional senilai US$ 25 ribu di Pune, India. Kini, dia menjadi petenis kualifikasi pertama di tenis putra dan putri yang mencapai final Grand Slam . Ia juga melakukannya tanpa kehilangan satu set pun di New York.
"Saya selalu bermimpi bermain di Grand Slam tetapi saya tidak tahu kapan itu akan datang. Kesempatan itu datang secepat ini. Saya baru benar-benar melakukan tur selama sebulan, sejak Wimbledon. Ini cukup gila bagi saya," kata dia.
Emma Raducanu meneruskan, “Saya tahu saya memiliki semacam level di dalam diri saya yang mirip dengan beberapa petenis putri di sini, tetapi saya tidak tahu apakah saya mampu melakukannya dan memainkan yang terbaik. Sejujurnya saya tidak bisa mempercayainya."