Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Leylah Fernandez mungkin tidak merasakan beban ekspektasi saat berhasil mengamankan satu tiket partai final Grand Slam US Open 2021. Namun, petenis remaja asal Kanada itu berhasil menjawab keraguan yang meragukan tekadnya di kancah tenis dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keluar dari Program Pengembangan Tennis Quebec ketika berusia tujuh tahun, sejumlah guru sempat meminta Leylah melupakan mimpi menjadi seorang petenis profesional. Mereka memintanya untuk fokus bersekolah. Namun, Leylah kini bisa tertawa lebar mengenang masa lalunya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia bakal menghadapi Emma Raducanu dalam laga final sesama petenis remaja untuk gelar Grand Slam pertama berhadia US$ 2,5 juta atau setara Rp 35,69 miliar. "Banyak orang meragukan saya, keluarga saya, dan impian saya," kata Fernandez setelah mengalahkan unggulan kedua Aryna Sabalenka 7-6(3) 4-6 6-4 dikutip dari Reuters.
Petenis berusia 19 tahun itu meneruskan, "Mereka terus mengatakan bahwa saya tidak akan menjadi pemain tenis profesional, bahwa saya harus berhenti dan hanya melanjutkan sekolah. Saya ingat seorang guru, yang sebenarnya sangat lucu. Namun sekarang saya tertawa. Dia menyuruhku berhenti bermain tenis, kamu tidak akan pernah berhasil, dan fokus saja ke sekolah."
Leylah membawa keraguan itu ke dalam setiap pertandingan dan menjadikannya sebagai motivasi. Ia yakin bahwa keluarganya selalu mendukung dan membantu mewujudkan mimpinya. Ayahnya, Jorge, seorang pemain sepak bola kelahiran Ekuador yang hanya tahu sedikit tentang tenis, masuk dan menjadi pelatihnya.
Final US Ope 2021: Leylah Fernandez vs Emma Raducanu. (Reuters)
Di sanalah Jorge menanamkan kepercayaan diri yang kuat untuk Leylah. Alhasil, ketika sebagian penggemar tenis melihat upaya petenis peringkat nomor 73 dunia mencoba ke final AS Terbuka sebagai misi yang mustahil, Leylah tidak mempedulikannya.
"Ayah akan memberi tahu saya sepanjang waktu, tidak ada batasan potensi saya untuk apa yang bisa saya lakukan. Setiap hari kami harus terus bekerja keras, kami harus terus melakukannya. Tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada batasan untuk apa yang bisa saya lakukan," kata Leylah yang baru merayakan ulang tahun ke-19-nya.
Masa-masa sulit dan tekad untuk mengatasi masalah itu tercermin dalam permainan menyerang tanpa henti di lapangan. Ia juga mendapat kekuatan dan tekad dari sang ibu dan saudara perempuannya, yang telah menyemangatinya dari kursi penonton di tepi lapangan. "Ibuku harus pergi ke California selama beberapa tahun untuk menghidupi keluarga, termasuk saya di dunia tenis," kata dia.
"Beberapa tahun itu benar-benar sulit bagi saya karena saya membutuhkan seorang ibu, saya membutuhkan seseorang untuk berada di sana untuk saya berusia 10-13 tahun. Aku jarang melihatnya saat itu."
"Setiap kali saya melihatnya, rasanya seperti melihat orang asing tetapi pada saat yang sama seseorang yang begitu akrab. Saya sangat beruntung dengan keberadaan ibu saya di di turnamen ini. Dia menyemangati, dan membuat saya bersenang-senang, tapi kami telah melalui banyak hal bersama sebagai sebuah keluarga," kata Leylah Fernandez.