Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembalap Mercedes Lewis Hamilton menyebut kemenangan mengejutkan Pierre Gasly di GP Italia menjadi penebusan manis yang pantas didapatkan setelah didepak dari tim Red Bull. "Pierre benar-benar pria yang baik. Saya pikir dia memiliki banyak bakat dan saya berpikir dia tidak diperlakukan dengan adil di Red Bull ketika dia diturunkan," kata Hamilton, dikutip dari Crash, Senin, 7 September 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gasly menjalani periode selama 18 bulan yang penuh gejolak ketika dipromosikan sekaligus dijatuhkan oleh Red Bull setelah hanya melakoni 12 balapan di tim utama. Saat itu, ia juga harus kehilangan teman dekatnya, Anthoine Hubert, di GP Belgia tahun lalu dalam sebuah insiden kecelakaan balapan Formula 2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pierre Gasly kembali ke Toro Rosso setelah enam bulan besama Red Bull Racing pada paruh pertama di Formula 1 2019. Ia kembali dan posisinya saat itu digantikan oleh Alexander Albon, pembalap Toro Rosso sebelumnya. Sejak saat itu juga, Albon menjadi pengganti Gasly sebagai tandem Max Verstappen.
Sejak kembali ke Toro Rosso--sekarang AlphaTauri--pembalap asal Perancis itu telah meningkatkan performa yang luar biasa, termasuk mencatat podium F1 pertamanya di Brasil tahun lalu. Ahad lalu, Gasly mengklaim kemenangan perdananya di Formula 1 2020 di Monza setelah memanfaatkan penalti untuk Hamilton, yang awalnya memimpin balapan.
"Tidak mudah bagi pengemudi saat itu terjadi, jadi saya berempati dengan itu. Saya pikir untuk membangun kepercayaan diri, dalam tim yang tidak terlalu cepat di lintasan, dan kemudian datang dengan beberapa penampilan yang sangat hebat yang sudah dia miliki, lalu mendapatkan kemenangan. Tentu tidak mudah untuk melakukan itu," ujar Hamilton.
Lewis Hamilton meneruskan, "Saya sangat terkesan, saya pikir dia telah melakukan pekerjaan yang fantastis dan pantas untuk sukses dan mudah-mudahan itu menciptakan kesempatan baginya untuk bergerak maju karena dia juga mengalahkan tim yang menurunkan pangkatnya, jadi itu pasti menyakiti mereka (Red Bull)."