Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKEDAR cerita ringan sehabis Lebaran. Berikut ini ulah seorang
penduduk Desa Baharu Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten
Kotabaru Kalimantan Selatan. Rasyidi (59 tahun) punya 5 orang
anak. Satu di antaranya bernama Umar (19 tahun). 21 Juli lalu
Umar meninggal. Dan seperti kebiasaan setiap kali ada orang yang
meninggal, masyarakat setempat berdatangan untuk melayat.
Tapi Rasyidi lain. Ia nampak berusaha merahasiakan kematian
anaknya. Bahkan melarang jenazah itu dimandikan. Para pelayat
pun tambah kaget, ketika mengetahui jenazah tadi sudah dikafani.
Dan masih berpakaian lengkap pakaian yang dipakai sebelum
almarhum fana. Rasa kaget makin sempurna ketika jenazah ditanam
tanpa disembahyangkan terlebih dahulu. Aturan apa pula ini?
"Anak saya mati syahid, dan karenanya tak perlu dimandikan atau
disembahyangkan," jawab Rasyidi kepada penduduk. Mati syahid
yang bagaimana, Rasyidi tidak menjelaskan. Hanya orang
mengetahui kalau anak Rasyidi yang meninggal itu sudah lama
jatuh sakit. "Sudah sakit berbulan-bulan," kata Syahril,
penduduk Kotabaru kepada Sjachran R dari TEMPO.
Ulah Rasyidi tadi lantas berlanjut karena penduduk menganggap
pekerjaan Rasyidi yang Islam itu menyimpang dari ajaran agama
(Islam), dan melaporkannya kepada Camat. Maka oleh Tripida
setempat (Kecamatan Pulau Laut Utara), Rasyidi dipanggil di
bulan Agustus kemarin. Dan seperti kepada penduduk, kepada
Tripida Rasyidi juga menjelaskan bahwa anaknya mati syahid.
Tripida tak berhasil mengorek keterangan yang jelas. Itulah
sebabnya Kejaksaan Negeri Kotabaru bersama Majlis Ulama dan
Kantor Depag Kabupaten pun memanggil Rasyidi. Dan berikut ini
keterangan Rasyidi yang konon mengutip keterangan anaknya
sebelum meninggal.
Puasa Ramadhan
Suatu hari, sekitar pertengahan Juli, anak Rasyidi melihat
(dalam keadaan sakit) dua buah jalan. Satu ke kiri, satu ke
kanan. Jalan di kanan penuh dengan ternpat yang indah-indah dan
meyenangkan. Jalan yang kiri, penuh-duri. Anak muda ini pun
mendengar suara yang mengatakan: bahwa, manakala nanti ia
melihat seseorang yang wajah dan bentuk tubuhnva mirip dia, maka
itulah perwujudan Tuhan. Jika "Tuhan" ini datang kepadanya, saat
itulah ia meninggal.
Konon menurut Rasyidi, pada 21 Juli itu, anaknya melihat orang
yang mirip dengannya. Rasyidi sendiri tak melihat, tuturnya.
Hanya saja Rasyidi mendengar anaknya yang sakit itu berkata
"Sesungguhnya, Tuhan ialah aku ini." Berkata demikian, anak itu
meninggal. Nah -- oleh Rasyidi, entah dari mana asal-usulnya,
diambil kesimpulan anaknya itu mati syahid.
Itu cerita tentang anaknya. (erita tentang Rasyidi sendiri lain
lagi. "Saya ini Rasullullah Muhammad yang ke-2 dan nabi yang
terakhir di utus Tuhan le muka bumi ini," katanya. Menurut
Rasyidi, seperti dikatakannya di depan para penanya tadi,
dirinya diperintah Tuhan untuk menyampaikan agama vang benar
untuk semesta alam. Agama atau kepercayaan yang kini dianut
manusia, menurut Rasyidi, tidak benar.
"Saya mendapat wahyu Tuhan untuk menyampaikan ini," katanya
pula. Rasyidi tidak bisa menjelaskan bagaimana ia menerima wahyu
itu. Hanya saja menurut dia, zat Tuhan itu, ya seperti dirinya
sendiri. Tentang puasa Ramadhan? Tidak perlu 30 hari. "Cukup
tiga hari saja," kata Rasyidi, sambil menjelaskan bahwa waktunya
bisa dilakukan berselang-seling.
Menurut keterangan penduduk setempat, Rasyidi ini tidak pernah
sembahyang ke masjid. Tapi amalannya setiap Jum'at puasa. Tapi
apakah Rasyidi ini tidak mungkin syaraf? Menurut Syahril, Kepala
Humas Pemda Kotabaru, Rasyidi sebelum memberikan keterangannya
mengaku sadar. Bahkan ketika diminta Majlis Ulama untuk
bertobat, tidak mau.
Eh, ternyata dalam pemeriksaan Rasyidi tidak seorang diri. Ia
mengaku punya 4 orang murid -- yang semuanya mengaku sebagai
rasul cadangan. Siapa dari mereka yang akan jadi pengganti bila
Rasyidi meninggal, sudah ditetapkan oleh Rasyidi. Namanya
Norhasan. Tapi baik Rasyidi maupun keempat orang muridnya,
sama-sama mengucapkan syahadat seperti layaknya orangIslam. Dan
baik Rasyidi maupun keempat orang muridnya tidak ada mengajarkan
apa-apa kepada pendhduk. Hanya saja Sibli, salah seorang rasul,
dalam forum itu menyatakan tobat. Jadi rasul Rasyidi tinggal
tiga --yang tetap berpegang teguh pada kepercayaan, bahwa mereka
sesungguhnya zat Tuhan dan sekalian rasul di bumi ini.
Baik Majlis Ulama maupun kantor i3epag sudah menyatakan bahwa
"ajaran" atau apa yang dianut Rasyidi dkk sesat adanya. Dan
lebih dari itu Kejaksaan atau Kantor Depag setempat tidak merasa
perlu mengambil tindakan apaapa. Paling-paling setiap kali
Rasyidi atau Norhasan jalanjalan, ia selalu diteriaki anak-anak:
"Lihat, Rasul lewat!"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo