Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

30 Hari Mengurai Teka-teki

Brigjen Koesmayadi telah mengimpor 721 pucuk senjata. Sebagian tak jelas disimpan di mana.

17 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiada lagi libur Sabtu bagi sejumlah penyelidik Pusat Polisi Militer Angkatan Darat. Mereka memperpendek libur akhir pekan untuk secepatnya mengusut ratus-an senjata yang ditemukan di rumah almarhum Brigadir Jenderal Koesmayadi sebulan lalu. Targetnya: pada pertengah-an Agustus nanti misteri senjata itu sudah terkuak.

Sabtu dua pekan lalu, penyelidik me-minta keterangan Mayor Jenderal Kis-wantara Partadireja, Asisten Logistik Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia, di Markas Pusat Polisi Militer, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat. Dialah atasan Koes selama tiga tahun saat menjadi Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat.

Pusat Polisi Militer juga meminta ke-terangan 57 orang perwira TNI plus 14 orang sipil, di antaranya Kolonel Inf. Chasib Abdullah, Koordinator Staf Pribadi Panglima TNI. Ia adalah mantan atase pertahanan di Singapura, salah satu ne-gara asal senjata yang diimpor Koes.

Para saksi itu dimintai keterangan oleh para perwira penyelidik berpangkat letnan kolonel dan kolonel. Saat memeriksa, mereka didampingi oleh Komandan Pusat Polisi Militer Mayor Jenderal Hendardji. ”Biar tidak sungkan,” kata seorang perwira yang mengetahui proses penyelidikan.

Menurut Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, 72 orang yang di-mintai keterangan itu dianggap mengetahui asal-usul senjata yang ditemukan di rumah Koes. ”Ini masih dalam tahap penyelidikan,” kata Panglima, Senin pekan lalu. ”Jadi, belum ada yang ditetapkan jadi tersangka.”

Kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Senin pekan lalu, Hendar-dji berjanji menyelesaikan proses penye-lidikan kasus senjata Koes itu dalam waktu satu bulan. Untuk itu, para penyelidik juga membuka berbagai dokumen pengadaan senjata yang melibatkan Koes.

Koesmayadi, Wakil Asisten Logistik- KSAD, meninggal dunia pada Ahad siang empat pekan lalu. Beberapa jam kemudian, Polisi Militer menggeledah tiga rumahnya: rumah dinas di Blok E No. 15 Kompleks Perwira Tinggi Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan, rumah di Jalan Pangandaran V No. 15 Ancol, Jakarta Utara, dan kompleks Raflesia Blok BI No. 15, Cileungsi, Jawa Barat.

Kamis tiga pekan lalu, KSAD Jende-ral Djoko Santoso menyatakan ada 145 senjata yang disita dari tiga rumah itu. Namun, pekan lalu, jumlahnya telah berkembang menjadi 185 pucuk. Tam-bah-an senjata itu diambil dari ruang kerja Koes, senjata yang dititipkan di Kolonel Inf. Tedy Laksmana (Asisten Intelijen Kodam Siliwangi), dan penyerah-an dari Komando Pasukan Khusus.

Untuk mengetahui asal-usul senjata itu, sejumlah transaksi yang dilakukan Koes diperiksa. Menurut Panglima TNI, alumnus Akademi Angkatan Bersenjata RI Angkatan 1975 itu mengimpor senjata sebanyak 29 kali dalam lima tahun terakhir. Jumlah senjata yang didatangkan 721 pucuk.

Penggunaan senjata-senjata itu bera-gam. Sebanyak 661 senjata didatangkan dari berbagai negara untuk pembentukan pasukan Peleton Intai Tempur- (T-ontaipur). Inilah satuan khusus Ko-man-do Cadangan Strategis Angkatan Darat yang dibentuk pada 2001. Saat itu, Kostrad dipimpin Letnan Jenderal Ryamizard Ryacudu dan Koesmayadi menjadi asisten logistiknya.

Ada pula 60 senjata nonstandar mili-ter yang diimpor untuk tim Angkat-an Darat pada lomba tembak Antar-Ang-katan Darat ASEAN. Koesmayadi menggandeng CV Adian Nalambok, yang belakangan diketahui sebagai per-usa-haan konveksi, dalam proyek senilai US$ 209.200 atau sekitar Rp 2 miliar ini. Dokumen kontrak pengadaan senjata yang dibiayai dana nonbujeter inilah yang kini beredar ke mana-mana.

Senjata-senjata itu didatangkan de-ngan berbagai cara. Senjata yang dida-tang-kan dari Singapura pada periode Mei 2003 sampai Maret 2006 diangkut de-ngan pesawat. Adapun senjata yang di-datangkan dari negara lain seperti Swiss, Thailand, Bulgaria, Polandia, Afri-ka Selatan, dan Kroasia masuk mela-lui Bandara Soekarno-Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Pelabuhan Tanjung Pe-rak, Surabaya (lihat Senjata dari Tiga Benua).

Benarkah TNI bisa dengan bebas membeli senjata dari berbagai negara- di masa embargo? Beberapa kedutaan negara asal senjata yang dibeli Koes m-e-nolak memberi keterangan. Duta Besar Singapura, Ashok Kumar Mirpuri, tak merespons permintaan wawancara yang diajukan Tempo. Demikian pula Ko-lonel Keith Rodrigues, atase perta-han-an ne-gara itu.

Kedutaan Besar Swiss di Jakarta ju-ga menolak memberi keterangan. ”Urus-an politik bukan urusan kami, apalagi per-soal-an senjata,” kata Nina Keni, juru bi-cara Kedutaan Swiss, negara pembuat pis-tol SiG Sauer. Ia lalu meminta Tem-po menghubungi Atase Pertahanan Kolonel Pe-ter Hediger, yang berkantor di -Tokyo, Jepang.

Sang kolonel pun ternyata tak mem-berikan jawaban atas pertanyaan yang di-ki-rimkan Tempo melalui surat elektronik. Menurut Miyuki Sakamoto, sekretarisnya, Hediger sedang mengalami masalah ke-sehatan dan berada di luar kantor.

Untuk mengetahui apakah senjata yang ditemukan di rumah Koes merupa-kan bagian dari senjata impor itu, Polisi Militer harus mendatanya satu per satu. Menurut Djoko Suyanto, penyelidik harus menginventarisasi senjata di batalion-batalion Angkatan Darat. ”Setelah itu, baru dicocokkan dengan senjata di rumah almarhum,” katanya.

Masalah bakal semakin pelik. Di luar senjata-senjata yang disimpan Koes, Polisi Militer menemukan selisih jumlah antara senjata yang diimpor dan senjata yang disimpan kesatuan. Total senjata standar militer yang diimpor Koes adalah 661 pucuk. ”Tapi yang terdata di Detasemen Intelijen Tempur Kostrad hanya 524 pucuk,” kata KSAD Djoko Santoso.

Djoko Santoso menduga 137 senjata yang tak ketahuan rimbanya itu masih tersebar di Kostrad, Komando Pasukan Khusus, serta dipakai untuk operasi di Papua dan Aceh. Selain itu, disimpan di Batalion Raider yang juga memiliki pasukan khusus Penanggulangan Teror.

Namun, seorang perwira tinggi yang sejak awal mengetahui aktivitas Koes dalam mendatangkan senjata dari luar negeri tak yakin dengan penjelasan KSAD. Ia menyatakan, senjata-senjata yang tak terdaftar di Detasemen Intelijen Tempur Kostrad itu telah disebarkan ke sejumlah pejabat militer.

Perwira tinggi itu juga memberi informasi gawat: sebagian senjata yang diimpor Koesmayadi bahkan telah dipa-kai oleh pasukan sipil bentukan seorang pengusaha yang dikenal dekat dengan kalangan tentara. ”Ini semacam pasuk-an pengamanan, tapi juga bisa menjadi pengawal sang pengusaha,” katanya.

Panglima TNI meminta tidak ada spekulasi sebelum Pusat Polisi Militer menyelesaikan penyelidikannya. Ia hanya menyebutkan bahwa ada tiga kemungkinan motif Koesmayadi menimbun senjata: sekadar koleksi, pembelian senjata untuk pembangunan satuan Angkatan Darat yang tidak langsung disetorkan, atau kemungkinan lain.

Marsekal Djoko meminta Angkat-an Darat dan Pusat Polisi Militer u-ntuk mengusut kasus ini hingga tuntas. ”Hin-dari rasa spirit korps dan pertemanan,” demikian perintahnya. Hasil pe-nyeli-dikan Pusat Polisi Militer akan di-umumkan pada 9 Agustus. Hingga saat itu, para penyelidik akan kehilang-an s-ebagian hari libur mereka.

Budi Setyarso, Danto

Senjata Koesmayadi

Hingga kini Pusat Polisi Militer telah menyita 185 pucuk senjata, 28.976 butir peluru, 9 butir granat, teropong, magasin pendek, dan magasin panjang milik Koesmayadi. Barang-barang itu diambil dari:

  • Rumah Jalan Pangandaran, Ancol: 140 pucuk, tiga di antaranya mainan
  • Kompleks Perwira Tinggi Kuningan: 4 pucuk
  • Kompleks Raflesia, Cileungsi: 1 pucuk
  • Ruang kerja di Markas Besar AD: 3 pucuk
  • Dititipkan di Kolonel Tedy Laksmana: 32 pucuk
  • Disimpan di Kopassus: 5 pucuk

Senjata dari Tiga Benua

Pusat Polisi Militer Angkatan Darat berjanji menuntaskan penyelidikan kasus penemuan ratusan senjata di rumah almarhum Brigadir Jenderal Koesmayadi dalam satu bulan. Motifnya diduga sekadar untuk koleksi, melengkapi senjata TNI di masa embargo, atau kemungkinan lain.

Dari pemeriksaan selama dua pekan terhadap 70 orang lebih, Polisi Militer memperoleh informasi mengenai aktivitas Koesmayadi dalam mengimpor senjata. Total senjata yang diimpor 661 pucuk, namun jumlah yang disetor ke sejumlah kesatuan TNI kurang dari itu.

Singapura Koesmayadi enam kali memasukkan senjata nonstandar militer dari negara itu sejak Mei 2003 sampai Maret 2006. Jumlahnya 60 pucuk senjata tipe sport berbagai kaliber.

Negara lain Pada periode Maret 2001 sampai Oktober 2004, Koesmayadi 23 kali memasukkan senjata standar militer dari pelbagai negara melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Pelabuhan Tanjung Perak. Senjata ini dipakai oleh Peleton Intai Tempur, kesatuan baru di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, dan terdiri atas 661 pucuk senjata, 16 granat asap, 9.030 amunisi.

Asal senjata: Afrika Selatan, Swiss, Chechnya, Bangkok (Thailand), Hong Kong, Zagreb (Kroasia), Warsawa (Polandia), Korea Selatan, Bulgaria, dan Cina.

Senjata-senjata itu disimpan di Detasemen Intelijen Tempur Kostrad sebanyak 524 pucuk. Sisanya ada kemungkinan tersebar di Kostrad, Kopassus, Papua, Aceh, dan Batalion Raider.

Penyitaan Senjata

Inilah proses penyitaan senjata dan berbagai perlengkapan militer dari rumah Brigadir Jenderal Koesmayadi di Jalan Pangandaran V No. 15, Ancol, Jakarta Utara.

25 Juni 2006 12.40: Brigjen Koesmayadi meninggal dunia di satu dari tiga rumahnya, kompleks Raflesia Blok BI No. 15 Cileungsi, Jawa Barat.

26 Juni 2006

  • 01.30–04.00: Kapten Achmad Irianto, menantu Koesmayadi, memindahkan senjata, amunisi, dan perlengkapan militer sang mertua dari Kompleks Perwira Tinggi Angkatan Darat di Blok E, Kuningan, Jakarta Selatan, ke rumah di Ancol, Jakarta Utara.
  • 09.00: Petugas Detasemen Markas Besar Angkatan Darat memeriksa rumah Koesmayadi di Kuningan dan mendapati semua senjata telah dipindahkan.
  • 11.00–21.00: Petugas Detasemen Markas memeriksa rumah Koesmayadi di Ancol. Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menerima laporan temuan senjata dan memerintahkan Kepala Badan Intelijen Strategis dan Komandan Pusat Polisi Militer segera menyitanya.
  • 22.00: Asisten Pengamanan KSAD Mayjen Tono Suratman menyampaikan perintah KSAD kepada Komandan Pusat Polisi Militer Mayjen Hendardji untuk menyita semua senjata Koesmayadi.
  • 23.00: Komandan Pusat Polisi Militer dan anggotanya tiba di rumah Koesmayadi di Ancol.

27 Juni 2006

  • 00.00–04.00: Polisi Militer dibantu petugas dari Peralatan Kodam Jaya mendata semua perlengkapan militer di rumah Koesmayadi.
  • 04.00–05.00: Semua perlengkapan militer dievakuasi dari rumah Koesmayadi ke Pusat Polisi Militer AD. Panglima TNI memerintahkan KSAD mengusut hingga tuntas temuan ini.

30 Juni 2006 Panglima TNI mengeluarkan perintah ulang penarikan senjata dan amunisi yang masih dipegang para purnawirawan.

BSA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus