Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Chief Executive Officer PT Info Media Digital yang menaungi situs berita Tempo.co, Wahyu Dhyatmika mendapat penghargaan tokoh media berpengaruh 2023 dari MAW Talk, media digital yang rutin menggelar siniar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dewan juri menyatakan Komang, panggilan Wahyu, konsisten menjalankan kepemimpinan yang berintegritas serta penuh energi kebaikan untuk keberlanjutan Indonesia. Penghargaan itu diberikan di Yogyakarta, Jumat, 8 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain Wahyu, ada sejumlah penerima penghargaan pada kategori yang sama yakni, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Ketua Umun Aliansi Jurnalis Independen Indonesia Sasmito Madrim, Peminpin Redaksi CNNIndonesia.com Titin Rosmasari, Co-Founder Kumparan.com Lukmantara, Pemimpin Umum Jubi.id Victor C.Mambor, dan Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers Pusat. Ada tujuh kategori dalam penghargaan yang melibatkan juri dari kalangan akademisi itu.
MAW Talk merupakan media berbasis digital Zoom dan Podcast di Spotify dan Apple Podcast yang hadir rutin setiap dua pekan sekali membahas isu public relations, media, dan kepemimpinan. Pendirinya adalah Asmono Wikan.
Asmono menyatakan penghargaan tahun ketiga MAW itu mengusung tema Kepemimpinan yang Berintegritas untuk Keberlanjutan Indonesia. "Tema yang diangkat menggambarkan para tokoh dan lembaga yang telah membuktikan diri mampu menjalankan kepemimpinan inspiratif untuk keberlanjutan Indonesia," kata dia.
Tim juri terdiri dari lima akademisi di antaranya Dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Rahayu, dosen Universitas Islam Indonesia Masduki, dan dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta Lukas Ispandriarno menyeleksi kandidat dalam tiga tahap. Penjurian untuk menentukan pemenang berbasis desk research di media digital selama dua bulan dengan menjaring hampir 100 kandidat di tiap kategori.
Lima indikator
Ada lima indikator yang dipergunakan dewan juri dalam penilaian akhir. Salah satu juri, Rahayu mengatakan lima indikator itu yakni komitmen pada keIndonesiaan, tidak memiliki rekam jejak negatif setidaknya selama setahun terakhir, memiliki kontribusi atau karya nyata dalam lingkup pemberdayaan masyarakat, dan memiliki nilai luhur Yogyakarta dan secara luas.
Komang menyebutkan apa yang Tempo lakukan untuk perbaikan ekosistem media di Indonesia masih jauh dari selesai dan membutuhkan kerjasama banyak pihak.
Problem terbesar ekosistem media, terutama di ranah digital adalah belum ada insentif untuk publisher yang memproduksi konten jurnalistik berkualitas. Misinformasi atau disinformasi dan berita dengan mutu rendah bisa diproduksi dengan biaya murah dan menghasilkan pendapatan yang menggiurkan untuk pembuatnya. Situasi itulah yang harus diubah.
Salah satu caranya, kata Komang yakni para stakeholder media berkualitas harus membuat label produk yang jelas dan tegas, sebagai diferensiasi dengan konten hoaks dan konten murahan.
Konsekuensinya, publishers harus punya standar jurnalistik yang lebih tinggi, memastikan beritanya sesuai kode etik, dan sekaligus relevan, serta mampu menjawab kebutuhan audiens digital.
Publisher harus memperbaiki distribusi kontennya agar bisa mencapai segmen audiens yang tepat tanpa harus bergantung terlalu besar pada platform pihak ketiga. "Inilah pekerjaan besar para penerbit media di era digital dan akan menentukan sehat tidaknya ekosistem informasi kita: sesuatu yang sangat dibutuhkan publik di periode krusial menjelang Pemilu 2024," ujar dia.
SHINTA MAHARANI
Pilihan Editor: Tempo.co Raih Penghargaan Baznas Award 2023