Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Fadli Zon soal Doa yang Ditukar: Puisi kan Bagian Ekspresi

Fadli Zon mengatakan puisi doa yang ditukar sama sekali tak dimaksudkan menyinggung Maimun Zubair.

13 Februari 2019 | 07.20 WIB

Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, saat mengomentari vonis Ahmad Dhani di Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 28 Januari 2019. Tempo/Ryan Dwiky Anggriawan
Perbesar
Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, saat mengomentari vonis Ahmad Dhani di Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 28 Januari 2019. Tempo/Ryan Dwiky Anggriawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan apa yang ia maksudkan dalam puisi 'Doa yang Ditukar' bukanlah menyebut Kiai Maimun Zubair. Ia menuturkan puisinya itu terang-terangan menyebut kata 'penguasa'.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Emang mbah Moen penguasa? Lagian itu kan puisi. Tapi kalau mau digoreng, ya digoreng aja, silakan," kata Fadli di Sekretariat Nasional Prabowo - Sandiaga, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Februari 2019.

Fadli juga menuturkan tak ada pelanggaran hukum dalam puisinya itu. Dengan demikian, ia merasa tak perlu meminta maaf atas puisinya itu. "Ini mau melaporkan puisi? Silakan saja laporkan puisinya, tapi puisi itu kan bagian dari ekspresi," kata Fadli.

Berikut adalah puisi Fadli Zon berjudul Doa yang Ditukar yang dipermasalahkan itu:

DOA YANG DITUKAR

doa sakral
seenaknya kau begal
disulam tambal
tak punya moral
agama diobral
doa sakral

kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar

doa yang ditukar 
bukan doa otentik
produk rezim intrik
penuh cara-cara licik
kau penguasa tengik

Sebelumnya, massa yang tergabung dalam Aliansi Santri Membela Kiai menggelar unjuk rasa di alun-alun Kudus, Jawa Tengah, Jumat 8 Februari 2019 lalu. Massa ini meminta Fadli Zon agar minta maaf soal puisi yang telah ia tulis itu.

Menurut Arsul Sani, Sekretaris Jenderal PPP, gerakan tersebut sebagai ekspresi kemarahan kaum santri atas penghinaan terhadap Kiai Mbah Moen. "Ekspresi kemarahan kaum santri atas apa yang mereka anggap sebagai penghinaan terhadap Kiai (Maimun Zubair) oleh Fadli Zon," kata Arsul melalui pesan singkat kepada Tempo, Jumat, 8 Februari 2019.

Fadli Zon, kata Arsul, dianggap telah menghina Kiai melalui sebuah puisi. Arsul juga mengatakan banyak pihak telah meminta Fadli Zon untuk meminta maaf secara jantan atas puisinya itu kepada Maimun Zubair. 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus