Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lombok Timur - Kepala Dinas Sosial Nusa Tenggara Barat Ahsanul Khalik menyebutkan jumlah korban terdampak gempa Lombok yang terjadi pada Ahad pagi, 29 Juli 2018 sebanyak 500 kepala keluarga atau KK.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Data sementara yang kami himpun ada 500 KK. Tapi itu pun kami belum berani mengungkapkan angka pastinya. Karena patokan kota kami by name by address," kata Ahsanul di Sembalun pada Ahad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahsanul mengatakan ada tiga kecamatan yang mengalami kerusakan parah akibat gempa berkekuatan 6,4 SR tersebut, yaitu Kecamatan Sambelia dan Kecamatan Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, serta Kecamatan Bayan di Lombok Utara. Sampai Ahad malam pukul 20.00 WITA, tercatat ada 16 orang meninggal dunia.
Gempa berkekuatan 6,4 SR mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa pada Ahad pagi. Gempa tersebut berpusat di koordinat 8,26 LS dan 116,55 BT dengan magnitudo 6,4 SR pada kedalaman 10 kilometer dan berjarak 28 kilometer barat laut Lombok Timur. Ratusan rumah dan bangunan dilaporkan mengalami kerusakan akibat bencana tersebut.
Pemerintah daerah telah menerjunkan Tagana untuk memberikan bantuan dan membuka posko di Lapangan Sajang dan Sembalun Bumbung di Kecamatan Sembalun. "Kalau bantuan sudah kami salurkan, seperti terpal, matras, selimut dan makanan siap saji. Kita juga buka dapur umum di lapangan di Sembalun, Sambelia, dan Bayan," kata Ahsanul.
Saat ini, menurut dia, kebutuhan pokok korban gempa akan menjadi prioritas dinas sosial sampai beberapa hari ke depan. Ahsanul mengatakan pihaknya juga menyiapkan genset di lokasi pengungsian sebagai antisipasi belum normalnya aliran listrik. "Kami juga berkoordinasi dengan PLN untuk sampaikan kondisi di lapangan terkait listrik, karena memang sejak tadi pagi mati listrik," ujarnya.