Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menilai kerusuhan dalam laga antara PSM Makassar dan Bali United sebagai kejadian yang sangat memalukan. Apalagi kerusuhan bukan cuma dilakukan suporter, tapi juga melibatkan ofisial dan pelatih.
"Itu sangat memalukan," kata pelaksana tugas Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Nyoman Shuida dalam siaran pers Kementerian, Rabu, 8 November 2017.
Kerusuhan yang berlangsung sekitar 15 menit itu terjadi pertandingan Liga 1 antara PSM Makassar dan Bali United dengan skor 0-1, Senin, 6 November 2017. Tepat pada menit ke-94 setelah gawang PSM Makassar kebobolan oleh Stefano Lilipaly, suporter di tribun tertutup serentak melempari bench Bali United. Pertandingan digelar di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin.
Tidak hanya itu, ratusan suporter merangsek masuk untuk menyerang penggawa Laskar Tridatu. "Kami sangat menyayangkan kenapa kerusuhan yang melibatkan penonton, pemain, bahkan official ini selalu saja berulang. Harus ada terobosan untuk mengatasi hal ini menuju fair play," ujar Nyoman.
Baca juga: Rusuh Warnai Laga PSM Vs Bali United, Apa Kata Komdis PSSI?
Nyoman mengatakan terlibatnya oknum ofisial dan pelatih PSM yang ikut menyerbu ke bench Bali United sangat memalukan. Dia menilai semangat sportivitas yang menjadi nilai dasar dalam olahraga sering dilupakan. Sportivitas sering ditukar dengan fanatisme berlebihan, tidak siap kalah, serta ketidakdewasaan dalam menyikapi proses dan hasil suatu kompetisi.
Menurut Nyoman, sepak bola memang selalu lekat dengan unsur rivalitas antar-pemain, pelatih, hingga para suporter demi mendukung tim kesayangan. Sayangnya, rivalitas tersebut kerap tidak mendorong semua pihak bersikap sportif dan berlapang dada saat mengalami kekalahan. Dia berharap semua pihak tidak terprovokasi, apalagi membuat rusuh pertandingan.
Kementerian, kata Nyoman, telah melakukan langkah koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, khususnya dengan para suporter dan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk menyusun peta pembangunan sepak bola nasional. Peta tersebut juga telah melibatkan perkumpulan suporter.
Nyoman juga berharap tensi tinggi yang hanya tercipta selama 90 menit di lapangan jangan sampai dibawa ke luar lapangan. "Semua komponen yang menginginkan cabang olahraga sepak bola Indonesia maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain harus berkontribusi secara positif memajukan sepak bola. Ini semua dimulai dari diri kita," ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini