Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO,CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengomentari keputusan Kepala BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Yudian Wahyudi puasa bicara selama setahun setelah pernyataannya menuai polemik.
"Terlalu berlebihan," kata Emrus dalam siaran tertulisnya hari ini, Ahad, 1 Maret 2020.
Menurut Emrus, sebagai seorang pimpinan BPIP yang bertugas membantu Presiden Jokowi dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila Yudian harus lebih sering berbicara di depan publik.
Dia berpendapat Yudian Wahyudi harus berkomunikasi dengan publik tentang wawasan ideologi Pancasila yang tidak kontradiktif dengan ajaran agama manapun.
"Dia memiliki tanggung jawab untuk terus menyuarakan hal tersebut."
Kepala BPIP Yudian mengatakan tak akan berbicara dulu selama setahun di depan publik.
"Saya belajar dulu. Semua yang permulaan kan sulit ya. Harus belajar dulu, mengamati-amati dulu," kata dia kepada pers di Kompleks Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Sabtu, 29 Februari 2020.
Sebagai Kepala BPIP, dia dijadwalkan berbicara sebagai salah satu narasumber dalam dialog kebangsaan dan peluncuran buku 'Ulama dan Negara Bangsa' di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Namun, ia menolak dan memilih berbicara sebagai mantan rektor kampus itu.
"Saya takut nanti keluar kalimat-kalimat yang bisa lain. Aku lagi dilatih 'puasa ngomong'," ucapnya.
Yudian pernah menjadi sorotan setelah media menulis bahwa dia mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama. Beberapa organisasi sampai mendesak Presiden Jokowi mencopot Yudian dari BPIP.
Kepada Tempo, Yudian menilai masyarakat salah memahami konteks pernyataannya.
Yudian Wahyudi mengatakan pernyataan dia sebenarnya adalag agama bukanlah musuh Pancasila. Musuh Pancasila adalah perilaku orang-orang berpikiran ekstrim yang mempolitisasi agama dan menganggap dirinya mayoritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini