Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Kepala BRIN Ungkap 2 Masalah Fundamental Riset di Indonesia

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menuturkan masalah pertama adalah riset di Indonesia terlalu didominasi pemerintah.

4 Januari 2022 | 19.05 WIB

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk "Peluang Investasi dan Pengembangan Riset Teknologi di Indonesia" yang dilangsungkan virtual pada Jumat, 21 Mei 2021. Istimewa
Perbesar
Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk "Peluang Investasi dan Pengembangan Riset Teknologi di Indonesia" yang dilangsungkan virtual pada Jumat, 21 Mei 2021. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengungkapkan ada dua masalah riset di Indonesia. “Mengapa Presiden harus membuat kebijakan yang cukup drastis dengan membentuk BRIN? Problem riset kita ada dua yang sangat fundamental,” kata Laksana kepada Tempo, Selasa, 4 Januari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Laksana menuturkan masalah pertama adalah riset di Indonesia terlalu didominasi pemerintah. Hal itu bisa terlihat dalam belanja riset nasional di mana 80 persen berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan sisanya dari nonpemerintah. Padahal, jika merujuk standar UNESCO, belanja penelitian itu 80 persen swasta atau industri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masalah kedua, Laksana mengungkapkan sumber daya terkait dengan riset, baik itu sumber daya manusia, infrastruktur, dan anggaran. Sumber daya tersebut saat ini tercecer dan berada di 74 kementerian dan lembaga, termasuk LAPAN, BATAN, BPPT, LIPI, dan Kementerian Riset dan Teknologi. Akibatnya, sumber daya menjadi kecil untuk melakukan riset dan inovasi.

“Semua kesulitan berkompetisi. Melakukan riset proper saja sulit, apalagi kompetisi. Padahal riset itu kompetisi global,” kata dia.

Dengan adanya BRIN, kata Laksana, critical mass dari sumber daya langsung besar, baik dari sisi SDM yang unggul, infrastruktur riset, dan anggaran. Sebab, ketiganya dirembukkan menjadi open platform yang bisa dipakai industri. Artinya, industri bisa masuk ke riset tanpa modal karena difasilitasi pemerintah.

“Karena melakukan riset itu kan mahal. Investasinya mahal. Hasilnya enggak jelas. Jadi untuk high cost high risk ini lah pemerintah hadir,” ujar Kepala BRIN.

FRISKI RIANA

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus