Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19: Penemuan Obat Tidak Langsung Jadi

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron Mukti mengatakan, jika dosis salah, obat itu bisa menjadi racun dan membuat ginjal rusak.

6 Agustus 2020 | 14.28 WIB

Komisaris Independen Mandiri Inhealth Ali Ghufron Mukti membawa obor saat prosesi Torch Relay Asian Games 2018 melintasi kawasan Jalan M.T. Haryono, Yogyakarta, DIY, Kamis, 19 Juli. Asian Games 2018 akan mulai digelar pada 18 Agustus mendatang. ANTARA FOTO/Ismar Patrizki
material-symbols:fullscreenPerbesar
Komisaris Independen Mandiri Inhealth Ali Ghufron Mukti membawa obor saat prosesi Torch Relay Asian Games 2018 melintasi kawasan Jalan M.T. Haryono, Yogyakarta, DIY, Kamis, 19 Juli. Asian Games 2018 akan mulai digelar pada 18 Agustus mendatang. ANTARA FOTO/Ismar Patrizki

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan penemuan sebuah obat memiliki proses yang panjang.

“Karena obat, orang bilang medikamentosa. Artinya bisa dua yaitu obat tapi bisa racun,” kata Gufron dalam diskusi di akun Youtube BNPB, Kamis, 6 Agustus 2020.

Gufron mengatakan, jika dosisnya salah, obat itu bisa menjadi racun dan membuat ginjal rusak. Sehingga, keamanan dan privasi menjadi penting. Dalam melakukan penelitian, kata Gufron, seseorang harus menyusun proposal terlebih dulu.

Kemudian, proposal harus mendapat persetujuan dari komite etik penelitian kedokteran berupa ethical clearance, yang merupakan kajian etik untuk mengawal keamanan dan hak martabat pasien. Gufron mengatakan, hampir di tiap fakultas kedokteran ada komite etik. “Jadi tidak ujug-ujug saya menemukan obat ini. Ada prosedurnya,” kata dia.

Terkait adanya testimoni pasien positif Covid-19 sembuh karena meminum obat, Gufron mengatakan bahwa orang yang tidak meminumnya juga bisa sembuh.

Sebab, selain keamanan, efektivitas obat seperti obat Covid-19 juga perlu diteliti. “Kalau diteliti ada sampel size, ukuran berapa, kita bisa ambil keputusan apakah kebetulan (sembuh) atau sebetulnya memang merepresentasikan,” ujarnya.

FRISKI RIANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus