Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Kilas Balik Pendirian PAN 24 Tahun Lalu: Reformasi 1998, Amien Rais dan Menggusur Orba

Awalnya partai politik yang berasaskan Pancasila ini diusulkan bernama Partai Amanat Bangsa namun akhirnya menjadi Partai Amanat Nasional atau PAN.

23 Agustus 2022 | 15.00 WIB

Logo Partai Amanat Nasional (PAN)
Perbesar
Logo Partai Amanat Nasional (PAN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Hari ini 24 tahun tahun yang lalu, tepatnya 23 Agustus 1998 Partai Amanat Nasional atau disingkat PAN lahir, salah satu anak kandung gerakan reformasi 1998.

Pasca keberhasilan menumbangkan Orde Baru, Amien Rais dan 49 rekan-rekannya yang tergabung dalam Majelis Amanat Rakyat (MARA) merasa perlu meneruskan cita-cita reformasi dengan mendirikan partai politik baru.

Seperti dilansir dari laman pan.or.id, MARA merupakan organisasi gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto, bersama dengan PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet, kemudian membidani lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN).

Setelah berhasil turut serta dalam menjatuhkan rezim Orde Baru, Amien Rais, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat itu berkeinginan untuk kembali ke Muhammadiyah.

Dia kemudian merasa terpanggil melanjutkan perjuangan setelah meruntuhkan rezim Indonesia untuk kembali membangun Indonesia. 

Dinamika perpolitikan di tubuh Muhammadiyah membuat organisasi ini mengadakan Sidang Tanwir di Semarang pada 5-7 Juli 1998. Hasil dari sidang tersebut dinyatakan Muhammadiyah tetap tidak akan berpolitik praktis sesuai dengan keputusan Muktamar 1971 di Makassar. Namun, Muhammadiyah membebaskan para anggotanya untuk berpartisipasi atau memilih saat perhelatan politik di Indonesia.

Awalnya partai politik yang berasaskan Pancasila ini dibentuk dengan nama Partai Amanat Bangsa (PAB) namun akhirnya berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional disingkat PAN pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor. Dengan terbentuknya PAN pulalah menjadi wadah aspirasi bagi warga Muhammadiyah, bahkan partai ini juga terbuka untuk semua kalangan.

Partai PAN didirikan oleh 50 tokoh nasional, di antaranya Amien Rais, Faisal Basri, M. Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Rizal Ramli, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao dan lainya.

Dideklarasikan pada tanggal 23 Agustus 1998 di Istora Senayan Jakarta, pendeklarasian partai ini dihadiri oleh ribuan massa. Pada saat itu puluhan tokoh-tokohnya tampil dipanggung, melambai-lambaikan tangan menyambut riuhnya tepuk tangan hadirin menandakan antusiame masyarakat akan didirikannya PAN.

Pengesahan pendirian PAN sendiri berdasarkan pengesahan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tanggal 27 Agustus 2003. Sebagai partai yang lahir di penghujung era orde baru, PAN didirikan dengan mengusung semangat Indonesia baru untuk menggantikan nuansa pemerintahan otoriter yang kental pada jaman Orde Baru alias Orba.

PAN bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan spiritual. Cita-cita partai juga berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan, sedangkan selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan nondiskriminatif.

Partai ini juga memiliki azas “Ahlak Politik Berlandaskan Agama yang Membawa Rahmat bagi Sekalian Alam”. Dengan azas itu PAN menjadikan agama sebagai landasan moral dan etika berbangsa dan bernegara yang menghargai harkat dan martabat manusia serta kemajemukan dalam memperjuangkan kedaulatan rakyat, keadilan sosial, dan kehidupan bangsa yang lebih baik untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang makmur, maju, mandiri dan bermartabat.

Partai ini pada dasarnya adalah partai terbuka, meski sebagian orang menganggapnya partai orang Muhammadiyah karena sosok Amien Rais pada saat itu adalah Ketua Umum Muhammadiyah.

Dalam perpolitikan di Indonesia, PAN pernah melontarkan gagasan wacana dialog bentuk negara federasi sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik sentral dialog adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.

IDRIS BOUFAKAR
Baca juga : Soal Partai Lain Bergabung ke KIB, Golkar: Asalkan Siap Ikuti Irama

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus