Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi ditanya soal kunci suksesnya menghelat Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 oleh media asing. Menjawab hal tersebut, Jokowi membeberkan kunci kesuksesannya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Dialog, komunikasi, dengan setiap orang," ujar Jokowi di Pasar Badung, Bali, Kamis, 17 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain itu, Jokowi juga dicecar pertanyaan soal kunjungannya ke Ukraina dan Rusia untuk mendamaikan kedua negara. Menurut media asing, Jokowi telah bekerja keras dan membuat tugas India, selaku Presidensi G20 tahun depan, menjadi lebih mudah untuk mendamaikan kedua negara.
Menjawab hal itu, Jokowi mengatakan selama ada ruang untuk berdialog dan komunikasi yang baik, maka akan tercipta solusi untuk semua masalah.
"Kita butuh kerja sama, kita butuh kolaborasi, bukan rivalitas, bukan konflik yang terus menerus," kata Jokowi.
Poin deklarasi KTT G20
Dalam KTT G20 yang digelar 15-16 November 2022, forum mendeklarasikan poin-poin yang disepakati dan mencakup tiga isu strategis. Tiga isu strategis itu meliputi transisi energi, arsitektur kesehatan, dan transformasi digital.
Isi deklarasi KTT G20 itu di antaranya menyebutkan G20 menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas risiko ketahanan pangan global yang ditimbulkan oleh meningkatnya ketegangan. Forum juga menekankan perlunya independensi bank sentral untuk memastikan mereka terus berupaya mengekang inflasi yang melonjak.
Selain itu, mayoritas dari 17 negara yang mengikuti KTT G20 juga menginginkan perang antara Rusia-Ukraina berakhir.
"Sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerapuhan yang ada dalam ekonomi global," berikut bunyi deklarasi.
Di sektor pangan, negara-negara anggota juga setuju untuk tidak melarang atau membatasi ekspor produk pangan dan pupuk. Kesepakatan ini sebagai tindak lanjut atas keprihatinan negara-negara G20 terhadap krisis pangan yang terjadi akibat gejolak geopolitik.
M JULNIS FIRMANSYAH