Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bos Ciputra Group, Ciputra, wafat di Singapura pada usia 88 tahun dini hari tadi, Rabu, 27 November 2019. Ada cerita menarik tentang Ciputra dengan pemberitaan tentang bisnisnya di Tempo.
Bekas wartawan Majalah Tempo, Tomi Aryanto, punya kesan tersendiri mengenai Ciputra.
Menurut dia, sebagai salah satu pemilik saham Tempo, Ciputra, tak pernah mengintervensi pemberitaan Tempo. “Pak Ci (Ciputra) sangat menghormati independensi media,” katanya kepada Tempo pada Rabu, 27 November 2019.
Tomi kini menjabat Direktur Tempo.co, anak usaha PT Tempo Inti Media Tbk.
Tomi bercerita, sebagai wartawan Majalah Tempo ditugasi mewawancarai Ciputra pada 2002. Majalah Tempo sedang menyiapkan berita investigasi soal banjir besar yang menggenangi seperempat wilayah Jakarta pada 27 Januari-1 Februari 2002.
Ketika air bah melanda dan menewaskan 21 orang tersebut, proyek perumahan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang digagas dan dikelola oleh Ciputra dituding sebagai biang keladinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tomi dan rekan sesama jurnalis Tempo, Eduardus Karel Dewanto, menyambangi kediaman Pak Ci di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada subuh, Maret 2002.
Baru sekitar pukul 08.00 WIB Ciputra menemui keduanya. selama sekitar dua jam Ciputra menjelaskan panjang lebar soal posisinya sebagai pengembang dan respons dia atas tuduhan PIK sebagai biang banjir besar Jakarta.
Tetapi, kata Tomi, Ciputra meminta sebagian besar keterangannya jangan dikutip.
“Dia tak ingin ada kesan berkelit."
Rupanya dua wartawan muda tadi, Tomi dan Eduardus, tak tahu bahwa Ciputra juga menjabat komisaris Tempo dan pemilik sebagian besar saham grup media tersebut.
Ciputra juga salah satu pemberi modal awal ketika Goenawan Mohamad dan kawan-kawan mendirikan Majalah Tempo pada 1971.
Tomi baru tahu "Siapa Ciputra" setelah Direktur Utama Tempo saat itu, Leonardi Kusen, meneleponnya di tengah wawancara. Leonardi mengabarkan bahwa konglomerat tersebut salah satu Komisaris Tempo, tanpa berupaya menghalangi wawancara.
Di sisi lain, Ciputra biasa saja selama wawancara dan tak menyinggung posisinya di perusahaan pengelola Majalah Tempo.
“Pak Ci tidak mengungkit posisinya dan saham yang dia miliki di Tempo,” tutur Tomi.
Hasil wawancara dengan Ciputra dan banjir Jakarta muncul sebagai laporan investigasi Majalah Tempo edisi 1 April 2002.
Ada delapan artikel di rubrik itu yang masing-masing berjudul: Janji-janji Kosong Ciputra; Ciputra: Saya Tak Berjanji Siap Dipenjara; Empat Pendekar Pantai Kapuk; Mereka Ikut Ambil Bagian; Mendengar Publik; Kandasnya Mimpi Pantai Kapuk; Tukar Guling Omong Kosong; dan Jalan di Tengah Kapuk.
Artikel ‘Janji-janji Kosong Ciputra’ menuding Ciputra telah ingkar janji karena tidak membangun hutan lindung, sebagai kompensasi proyek PIK. “PIK adalah contoh bagaimana uang, ambisi dan kekuasaan bersekutu di zaman Orde Baru,” seperti dikutip dari Majalah Tempo.
Mendapat pemberitaan miring dari media yang dia gelontori modal tak membuat Ciputra kegerahan. Tomi mengatakan sama sekali tak ada upaya intervensi dari Ciputra terhadap pemberitaan yang memojokkan perusahannya tersebut, baik secara langsung maupun melalui petinggi Tempo.
Beberapa tahun kemudian, Tomi kembali bertemu dengan Ciputra. Ciputra yang sudah sepuh ternyata masih ingat soal berita yang pernah Tomi tulis soal banjir dan PIK.
“Pak Ci hanya ketawa-ketawa saja mengingat itu."
Menurut dia, sikap Ciputra layak diteladani oleh para pemilik media massa di Indonesia yang sebagian besar adalah konglomerat. Yang terjadi, pemilik modal mengintervensi independensi medianya.
Ciputra tak pernah melakukan itu. “Mestinya mereka belajar dari Pak Ci,” ujar Tomi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Catatan redaksi:
Ada revisi di paragraf ketiga. Sebelumnya disebut Ciputra sebagai pemilik saham mayoritas Tempo. Yang benar adalah sebagai salah satu pemilik saham. Revisi dilakukan pada Kamis, 28 November 2019, pukul 11.37 WIB. Terima kasih.