Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Menteri KLHK Menamai Bayi Jerapah di Bali Safari dengan Corona

Bayi jerapah ini lahir di tengan pandemi Covid-19 sehingga diberi nama Corona.

20 Mei 2020 | 21.29 WIB

Bayi jerapah yang belum dinamai ini berdiri di dekat anggota keluarganya di dalam kandang kebun binatang di Duisburg, Jerman, 13 Februari 2015. AP/Frank Augstein
Perbesar
Bayi jerapah yang belum dinamai ini berdiri di dekat anggota keluarganya di dalam kandang kebun binatang di Duisburg, Jerman, 13 Februari 2015. AP/Frank Augstein

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Denpasar - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar memberi nama seekor bayi jerapah di Kebun Binatang Bali Safari Park, Corona. Bayi jerapah ini lahir pada 9 April 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kelahirannya saat pandemi Covid-19,” kata tim dokter hewan Taman Safari Indonesia (TSI) Group, drh Yohana Kusumaningtyas, Rabu, 20 Mei 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bayi jerapah ini lahir dari pasangan indukan, Soffie, dan pejantan, Matadi. Proses kelahirannya berjalan dengan lancar. Tim dokter memantau proses kelahirannya melalui kamera pengawas.

“Setelah 2 jam Soffie mengalami kontraksi, lahirlah bayi jerapah dalam kondisi yang sehat,” ujarnya.

Yohana menjelaskan, Sophie hamil sekitar 15 bulan. Sejak awal kehamilan, kondisi Sophie selalu dipantau oleh keeper (perawat satwa), dokter hewan, dan asisten kurator. “Mereka rutin memeriksa kondisi kehamilan dan kesehatan Sophie setiap hari,” ujarnya.

Jerapah (Giraffa camelopardalis) merupakan jenis endemik Afrika dan merupakan spesies hewan tertinggi yang hidup di darat.

Jerapah jantan dapat mencapai tinggi 4,8 sampai 5,5 meter dan memiliki berat hingga mencapai 1.360 kilogram. Jerapah betina biasanya sedikit lebih pendek dan lebih ringan.

Saat ini, Yohana mengatakan , bayi jerapah Corona dalam kondisi sehat. Ia masih berada dalam pengasuhan langsung oleh induknya, Soffie.

Dengan kelahiran ini, maka total jumlah jerapah di Bali Safari menjadi lima ekor, yang terdiri dari dua jantan dan tiga betina.

Sementara itu, meski ditutup sementara dalam rangka mencegah mata rantai penyebaran Covid-19 sejak 23 Maret 2020 lalu, program konservasi satwa tetap berjalan di Bali Safari.

Termasuk salah satunya adalah pengembangbiakan satwa dan perawatannya. Satwa tetap diberi pakan secara rutin dan normal. Kondisinya selalu dimonitor tim medis. Terlebih lagi, satwa hamil yang wajib mendapatkan perawatan ekstra demi kesehatan bayinya.

 

Made Argawa

Koresponden Tempo di Bali

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus