Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bulir-bulir keringat di bawah baret Pramuka Satria Gilang Qhomarudin belum kering ketika ditemui di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terik matahari rupanya turut membakar semangat siswa kelas 3 SMA Negeri 101 Jakarta yang pagi itu memimpin upacara pada peringatan Hari Pramuka ke-63.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bersama rekan-rekannya, remaja berusia 18 tahun itu berjoget riang dan melakukan selebrasi usai menuntaskan tugas sebagai petugas upacara. Tak main-main, ia berhasil melewati tiga tahap seleksi mulai dari kwartir cabang (kwarcab), kwartir daerah (kwarda), hingga kwartir nasional (kwarnas).
Proses seleksi itulah yang membuat mentalnya tertempa, sehingga ia mampu melaksanakan tugas sebagai pemimpin upacara dengan paripurna hari ini.
Sambil sedikit berkaca-kaca ketika bercerita tentang perjuangannya. Laki-laki yang perawakannya tegap dan lugas saat berbicara ini merasa bahwa tanpa doa serta usaha orang tuanya, ia tak akan bisa berada sampai di titik menjadi pemimpin upacara seperti hari ini.
"Rasanya ketika saya berada di lapangan sangat bangga. Saya bisa berada di sini berkat doa dan usaha orang tua saya, juga kehendak Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, semua tidak terlepas dari itu," katanya, Rabu, 14 Agustus 2024, seperti dikutip dari Antara.
Melalui Pramuka, Satria mengaku mendapatkan banyak pelajaran, termasuk meningkatkan rasa percaya dirinya.
Setelah berhasil memimpin pasukan pada perayaan hari Pramuka di tahun ini, ia ingin melompat lebih tinggi lagi dan berharap mendapatkan kesempatan untuk bisa mengikuti jambore tingkat internasional.
"Pramuka mengajarkan saya banyak hal, utamanya percaya diri, saya bisa berdiri di sini sekarang memimpin semuanya karena Pramuka. Semoga ketika nanti ada kesempatan bagi saya untuk mengikuti acara di dunia, saya bisa hadir dan membawa Indonesia ke kancah internasional," ujar Satria.