Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin redaksi jurnal Prisma, Harry Wibowo, meninggal pada Senin, 19 Mei 2025. Kabar meninggalnya Harry Wibowo turut dikonfirmasi oleh Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Iya meninggal pukul 04.06 WIB hari ini," ujar Leonard saat dihubungi pada Senin. Leonard mengaku kawan lama dari Harry Wibowo yang juga merupakan seniornya di Arsitektur Institut Teknologi Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harry Wibowo merupakan putra dari Hargono Singgih. Jenazahnya akan disemayamkan di Pemakaman Giri Tama, Tonjong, Bogor, Jawa Barat, setelah waktu salat zuhur.
Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai aktivis yang membela hak asasi manusia dan pernah aktif di Yayasan Pusat Studi HAM. Dedikasi Harry juga diakui saat menjadi koordinator tim pencari fakta dari pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang tewas pada 8 Mei 1993.
"Dia terobsesi dengan keadilan," ujar Ahmad Salman, yang pernah menjadi staf di Yayasan Pusat Studi HAM bersama dengan Harry Wibowo. Salman mengaku telah mengenal Harry sejak 1994 saat keduanya bekerja di Yayasan Pusat Studi HAM.
Dalam tulisan Jurnal Prisma berjudul 'Kerentanan dan Kelompok Rentan', Harry Wibowo menyerukan pentingnya perlindungan kepada kelompok marginal seperti orang miskin, tunawisma, perempuan korban kekerasan, anak jalanan hingga lansia sebatang kara.
Menurut Harry kelompok rentan kerap mengalami diskriminasi dan memiliki akses terbatas pada pemenuhan hak-hak dasar, perlindungan hukum, hingga layanan sosial. "Upaya pemberdayaan dan kebijakan afirmatif diperlukan untuk memastikan hak-hak mereka diwujudkan oleh negara," kata Harry.