Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Perkenalkan BriCane, Tongkat Difabel Netra Kekinian Buatan Bandung

Tongkat BriCane dilengkapi aplikasi untuk memudahkan pelacakan posisi difabel netra.

31 Oktober 2020 | 10.00 WIB

Uji coba tongkat BriCane. Dok. Yayasan Syamsi Dhuha
Perbesar
Uji coba tongkat BriCane. Dok. Yayasan Syamsi Dhuha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Yayasan Syamsi Dhuha meluncurkan Briliant Cane alias BriCane. Tongkat khusus bagi difabel netra itu dirancang dengan gaya kekinian. Penyempurnaannya hingga sekarang membutuhkan waktu selama tiga tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ketua yayasan nirlaba itu, Dian Syarief mengatakan peluncuran secara daring BriCane akan dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day 2020 pada Sabtu, 31 Oktober 2020. Selama Oktober yang menjadi bulan peduli penglihatan, mereka mengusung tema 'Creativity Creates Opportunity'.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Dian yang juga penyintas lupus dan low vision itu, BriCane dirintis sejak tiga tahun lalu. Karya tim alumnus Institut Teknologi Bandung itu merupakan pemenang Lomba Desain Alat Bantu Difabel Netra 2017 gelaran Yayasan Syamsi Dhuha.

Tim relawan dari program studi Biomedika serta Desain Produk ITB turut mendukung pengembangan alat. Dari serangkaian uji coba, terdapat beberapa kali perubahan bentuk dan perangkat teknologi serta komponen lain.

Tongkat BriCane. Dok. Yayasan Syamsi Dhuha

Unsur kebaruan BriCane saat ini adalah tongkat yang dilengkapi aplikasi. Tujuannya, memudahkan pelacakan posisi difabel netra. "Membantu saat difabel netra disorientasi atau kehilangan arah, dan tersesat," kata Dian Syarief, Jumat, 30 Oktober 2020.

Tongkat BriCane memiliki sensor yang mendeteksi penghalang di depan langkah penggunanya. Hasil deteksi penghalang itu berupa bunyi dan getar. Jarak deteksi sensornya bisa diatur antara 1 sampai 3 meter.

Dian menjelaskan tongkat sejenis sudah beredar di luar negeri. Harga barang impor itu sekitar Rp 9 juta. Kehadiran BriCane menjadi pilihan difabel netra untuk mendapatkan alat bantu serupa dengan harga lebih murah sekitar 60 sampai 70 persen dari tongkat impor.

Menurut pendiri Yayasan Syamsi Dhuha, Eko Pratomo, membeli tongkat impor memang mudah. Pengguna tinggal memesan lalu menunggu barang datang. Namun pihaknya tertantang untuk membuat tongkat sendiri dengan melibatkan pihak lain. "Kami terus menghidupkan semangat berkreasi, berinovasi dan membangun kemandirian khususnya di kalangan anak muda," katanya.

Untuk memperoleh BriCane, peminat harus memesannya lebih dulu ke Yayasan Syamsi Dhuha di Bandung, Jawa Barat.

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus