Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ragu-ragu Pilih Trunojoyo Satu

Pengajuan calon Kepala Kepolisian ke Dewan oleh Istana tersendat. Imam Sudjarwo masih terkuat. Bumper bagi karier militer adik ipar Yudhoyono?

4 Oktober 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono curhat tentang calon Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ia sebenarnya menggelar konferensi pers di Istana Kepresidenan, Rabu pekan lalu, buat menjelaskan bentrok sosial di Tarakan, Kalimantan Timur. Tapi, di akhir acara, ia perlu membantah punya hubungan kerabat dengan seorang calon Kepala Kepolisian RI. ”(Saya) tak ada hubungan famili apa pun dengan semua calon itu,” katanya.

Hingga akhir pekan lalu, dua calon berputar pada dua perwira tinggi: Komisaris Jenderal Imam Sudjarwo dan Komisaris Jenderal Nanan Soekarna. Yudhoyono tak menyebut nama. Namun kabar yang beredar menyatakan bahwa Imam Sudjarwo adalah kakak ipar Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo, Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi, Jawa Barat, adik Nyonya Ani Yudhoyono. Kabar lain menyatakan Imam berbesanan dengan Aulia Pohan, besan Yudhoyono.

Tak juga menyebutkan nama, Yudhoyono lalu menyatakan hanya akan mengajukan satu calon Kepala Kepolisian ke Dewan Perwakilan Rakyat. Sebelumnya, Presiden juga hanya mengajukan Laksamana Agus Suhartono menjadi calon Panglima Tentara Nasional Indonesia. Pencalonan ini mulus, dan langsung disetujui Dewan. Presiden mengatakan calon yang akan diajukan sebagai pengganti Jenderal Bambang Hendarso Danuri adalah ”pejabat-pejabat yang baik”.

Menurut sumber Tempo, hingga akhir pekan lalu, Yudhoyono bulat akan mengajukan Imam Sudjarwo. Soal berlarut-larutnya waktu pengajuan, ia mengatakan bukan persoalan. Ia merujuk pada masa dinas Kepala Kepolisian Bambang Hendarso Danuri yang baru berakhir pada 10 Oktober.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie menyatakan, calon Kepala Kepolisian RI diajukan ke Dewan paling lambat 3 Oktober. Dengan begitu, Dewan memiliki waktu sepekan buat memberikan persetujuan. Awal September lalu, Presiden Yudhoyono bahkan menyatakan akan menyerahkan nama calon tak lama setelah hari raya Idul Fitri, 10-11 September lalu.

Julian Pasha, juru bicara Presiden, menyatakan bahwa Yudhoyono masih punya waktu cukup untuk memasukkan calon. Ia memastikan calon akan diajukan sebelum masa jabatan Bambang Hendarso Danuri habis. Menurut dia, ada dua kemungkinan waktu pengajuan, karena Presiden Yudhoyono akan berkunjung ke Belanda dari Selasa hingga Sabtu pekan ini. ”Bisa sebelum berangkat atau setibanya kembali di Jakarta,” katanya.

Seorang petinggi sekretariat gabungan koalisi partai pendukung pemerintah menyatakan pencalonan kepala kepolisian tak semulus yang diperkirakan. Ini karena sejumlah partai anggota koalisi pendukung pemerintah di luar Partai Demokrat resisten terhadap Imam Sudjarwo. Mereka mempersoalkan kenaikan pangkat Imam yang terkatrol cepat. Sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, ia semula berpangkat bintang dua. Dengan struktur baru kepolisian, pangkatnya terdongkrak menjadi bintang tiga.

l l l

IMAM adalah perwira alumnus Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1980, seangkatan dengan Mayor Jenderal Pramono Edhie. Meski begitu, masa dinas Pramono Edhie tak lagi panjang. Ia lahir pada 1955, artinya akan pensiun tiga tahun lagi. Menurut seseorang yang dekat dengan kalangan Istana, itu sebabnya pendukung Pramono berkepentingan menaikkan perwira angkatan 1980 itu ke posisi strategis—melompati angkatan 1978, yang mestinya maju lebih dulu.

Pramono pekan lalu diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, meski baru akan dilantik pada akhir bulan ini. Posisi ini biasanya batu loncatan sebelum menuju jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dengan pangkat jenderal bintang empat. Menurut sumber itu, Imam didorong menjadi Kepala Kepolisian agar ketika Pramono menduduki jabatan KSAD—ada kemungkinan tahun depan—sehingga tak ada pertanyaan soal angkatan.

Jika skenario itu mulus, Pramono bisa menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia. Sejak era reformasi, pola pergantian panglima tentara adalah Angkatan Darat-Angkatan Laut-Angkatan Darat-Angkatan Udara. Artinya, setelah Panglima Laksamana Agus Suhartono dari Angkatan Laut, selanjutnya ”jatah” Angkatan Darat. Menurut Undang-Undang TNI, syarat calon panglima adalah kepala staf angkatan.

Imam tak mau menjawab ihwal kedekatannya dengan Pramono. Pramono juga tak bisa ditemui. Kepala Penerangan Komando Daerah Militer Siliwangi Kolonel Isa Haryanto mengatakan telah meminta konfirmasi kepada Pramono tentang hubungan kekerabatan dengan Imam. ”Jawaban beliau, memang kerabat sebagai sesama satu angkatan di Akmil. Tak lebih dari itu,” katanya.

Soal tudingan bahwa pengangkatan Imam menjadi kepala kepolisian untuk menjadi ”bumper” agar Pramono tak dipersoalkan jika kelak menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, Isa mengatakan, ”Wah, itu urusan politik dan negara.”

Syarif Hasan, politikus Partai Demokrat yang menjadi sekretaris sekretariat gabungan koalisi pendukung pemerintah, mengatakan bahwa pencalonan Imam sebagai Kepala Kepolisian tak ada kaitannya dengan karier Pramono. Kalaupun Presiden memilih Imam, kata dia, itu lebih karena profesionalitas dan loyalitasnya. Bantahan ini dipertegas juru bicara Presiden, Julian Pasha. ”Pencalonan seseorang lebih karena kemampuan dan melalui perhitungan yang cermat,” katanya.

l l l

BERTELE-telenya pencalonan Kepala Kepolisian hingga akhir pekan lalu memunculkan spekulasi lain: Presiden Yudhoyono bakal mengajukan calon alternatif selain Imam Sudjarwo dan Nanan. Petinggi di sekretariat gabungan partai koalisi menyatakan peluang munculnya calon alternatif adalah 60 persen. Terutama ini akibat faktor kuatnya dukungan di Dewan Perwakilan Rakyat pada Nanan Soekarna.

Sedari awal Yudhoyono dengan didukung Demokrat lebih memilih Imam Sudjarwo. Yudhoyono tak memilih Nanan karena dianggap terlalu politis. Manuver dia untuk mencari dukungan ke partai-partai justru membuat Yudhoyono tak senang. Yudhoyono tak mau suasana politik jadi gaduh akibat pencalonan itu. Yudhoyono tak ingin dipermalukan jika calon kuatnya, Imam Sudjarwo, ditolak Dewan Perwakilan Rakyat.

Itu sebabnya, muncul gagasan mengajukan calon ketiga. Ada dua nama, yaitu Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya Inspektur Jenderal Timur Pradopo dan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Oegroseno. Versi lain menambahkan nama Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Komisaris Jenderal Ito Sumardi—tapi tipis kemungkinan mengingat masa dinasnya yang pendek.

Koordinator Indonesia Police Watch Neta S. Pane pun menyatakan ada peluang calon alternatif itu. Tak segera dimasukkannya nama ke Dewan menunjukkan Yudhoyono punya persoalan dengan Imam dan Nanan. Padahal pencalonan ini tak perlu berlarut-larut jika sejak awal Yudhoyono bersikap tegas. ”Kapolri itu hak prerogatif Presiden, jadi kenapa harus mulur dan ragu-ragu,” kata Neta.

Menurut Neta, jika Presiden memilih calon alternatif berdasarkan kedekatan, Timur Pradopo dan Ito Sumardi berpeluang. Ia mengatakan dua perwira itu pernah berada dalam satu tim pasukan perdamaian di Bosnia pada 1990-an. Timur juga disebut-sebut mendapat restu dari seorang anggota keluarga inti Cikeas.

Pencalonan Timur dan Oegroseno bukannya tanpa masalah. Keduanya masih berpangkat jenderal bintang dua. Tradisi dalam kepolisian, calon kepala kepolisian berlatar belakang bintang tiga. Undang-undang memang tak melarang kepala kepolisian adalah jenderal bintang dua. Itu pun masih bisa dicarikan jalan keluar. Caranya, menempatkan Timur maupun Oegroseno ke posisi Kepala Badan Pembinaan dan Keamanan yang kosong setelah Iman Hariyatna pensiun.

Adapun Ito akan pensiun delapan bulan lagi. Tapi itu bisa diatasi jika Presiden mau memperpanjang masa dinas Ito hingga setahun. Oegroseno tenang menanggapi kabar kemungkinan masuk calon alternatif itu. ”Kalau begitu, banyak dong calonnya,” kata dia Jumat malam pekan lalu. Namun ia menyatakan siap bekerja di mana pun.

Sumber lain di Istana mengatakan ada upaya untuk mencari jalan tengah dengan cara ”mengawinkan” Imam dan Nanan. Mereka masuk satu paket. Syaratnya, Imam sebagai Kepala Kepolisian dan Nanan bersedia jadi wakilnya. Formula ini terbalik dengan paket usulan politikus Partai Golkar: Nanan Kapolri, Imam wakilnya.

Baik Imam maupun Nanan tak menjawab permintaan konfirmasi Tempo. Juru bicara Julian Pasha dan Syarif Hasan yakin, Presiden hanya mengajukan satu calon ke Dewan. Julian menegaskan, ”Nama yang diusulkan Presiden adalah satu: dan itu yang terbaik.”

Sunudyantoro, Eko Ari Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus