Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Setara Minta Gubernur DIY Revitalisasi Narasi Keislaman di Kauman

Corak keislaman Kauman dapat dikategorisasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu Muhammadiyah moderat dan Muhammadiyah salafi-wahabi yang konservatif.

31 Oktober 2020 | 10.07 WIB

Jalan Kauman di Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Perbesar
Jalan Kauman di Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Setara Institute Halili memita Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwobo X melakukan revitalisasi Kauman narasi keislaman yang moderat. "Agar kembali pada spirit Muhammadiyah ala KH Ahmad Dahlan yang moderat dan berkontribusi besar bagi keindonesiaan kita," kata Halili dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 31 Oktober 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Halili mengatakan, salah satu upayanya adalah dengan menyelenggarakan agenda-agenda demokratis dan inisiatif progresif melalui pelibatan masyarakat setempat. Sebab, berdasarkan informasi yang diperoleh, corak keislaman Kauman dapat dikategorisasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu Muhammadiyah moderat dan Muhammadiyah salafi-wahabi yang konservatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Fenomena tersebut harus mendapatkan perhatian dari para pemangku kepentingan di Kauman, khususnya Sultan Hamengkubuwobo X," ujarnya.

Halili menuturkan, baru-baru ini di Kauman kembali terjadi tindakan intoleran. Pada 29 Oktober, beredar sebuah surat dari sekelompok warga kampung Kauman Gondomanan Yogyakarta yang memprotes pemasangan ucapan Natal oleh Museum Sonobudoyo. Pihak museum akhirnya melepas atribut tersebut.

Setara, kata Halili, menyayangkan langkah pihak museum yang merespons tuntutan kelompok intoleran. Tindakan mengalah itu akan menambah preseden buruk sekaligus memberikan daya dorong bagi penjalaran intoleransi. Padahal, Museum Sonobudoyo merupakan museum pemerintah di lingkungan Dinas Kebudayaan DIY.

"Sebuah kewajaran belaka jika museum tersebut memberikan ucapan selamat atas hari-hari besar keagamaan di Indonesia, termasuk Natal," katanya.

Menurut Halili, tindakan intoleransi di Musem Sonobudoyo bukan lah yang pertama. Ia mencatat setidaknya ada dua kasus intoleransi dan konservatisme keagamaan di Kauman sebelum ini. Pertama pada Oktober 2019, ada pemaksaan penggunaan Masjid Gedhe Kauman untuk acara Muslim United yang menghadirkan figur-figur konservatif. Meskipun Kraton, pemilik resmi Masjid tersebut, tidak memberikan izin.

Kejadian kedua, penolakan terhadap Gus Muwafiq untuk mengisi ceramah dalam rangka Harlah NU pada Maret 2020, meskipun acara tersebut sudah mendapat izin dari Kraton

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus