Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Sivitas Akademika Unair Kecam Intervensi dan Intimidasi Kebebasan Mimbar Akademik

Sivitas Akademi Universitas Airlangga (Unair) melakukan pernyataan sikap bertajuk Menegakkan Demokrasi, Menjaga Republik.

5 Februari 2024 | 22.35 WIB

Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Hotman Siahaan (tengah) beserta sejumlah civitas akademika, keluarga besar dan alumni Unair mengepalkan tangan saat menggelar aksi Unair Memanggil: Menegakkan Demokrasi, Menjaga Republik di depan Gedung Pascasarjana Unair, Surabaya, Jawa Timur, Senin 5 Februari 2024. Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan atas hancurnya nilai-nilai demokrasi dan tatanan hukum, serta meminta Presiden Joko Widodo bersikap netral pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Moch Asim
Perbesar
Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Hotman Siahaan (tengah) beserta sejumlah civitas akademika, keluarga besar dan alumni Unair mengepalkan tangan saat menggelar aksi Unair Memanggil: Menegakkan Demokrasi, Menjaga Republik di depan Gedung Pascasarjana Unair, Surabaya, Jawa Timur, Senin 5 Februari 2024. Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan atas hancurnya nilai-nilai demokrasi dan tatanan hukum, serta meminta Presiden Joko Widodo bersikap netral pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Moch Asim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Surabaya -Sivitas Akademi Universitas Airlangga (Unair) melakukan pernyataan sikap bertajuk Menegakkan Demokrasi, Menjaga Republik. Pernyataan sikap itu didasari oleh situasi Indonesia terkini yang banyak mengintimidasi perguruan tinggi.

Aksi itu mengatasnamakan sebagai akademisi, keluarga besar, dan alumni Unair. Serta ditandatangani oleh 120 orang. “Demokrasi hari ini sedang mengalami masalah serius,” kata koordinator aksi, Mochammad Yunus, kepada awak media pada Senin 5 Februari 2024.

Sementara itu perwakilan dosen, Profesor Hotman Siahaan mengatakan bahwa ada empat poin yang disampaikan dalam pernyataan sikap tersebut. Pertama, mengecam segala bentuk praktek pelemahan demokrasi.

Kedua, mendesak presiden dan aparat untuk menghormati kemerdekaan untuk berbicara dan berekspresi. Ketiga, mendesak penyelenggaraan Pemilu Luber-Jurdil tanpa intervensi penguasa.

“Keempat, mengecam segala bentuk intervensi dan intimidasi terhadap kebebasan mimbar-mimbar akademik perguruan tinggi,” ucap Hotman.

Hotman juga menegaskan bahwa pihaknya tidak melakukan tindakan politik praktis. Melainkan hanya seruan moral.

"Kami punya dua mahasiswa yang keberadaannya masih belum ketemu akibat peristiwa 1998. Yakni Herman dan Petrus, maka kami juga pernah mengalami kekerasan oleh penguasa,” ucap dia.

Hotman juga menyatakan bahwa aksi ini tidak mengatasnamakan kampus secara institusi, namun individu-individu intelektual dari keluarga besar Unair yang terpanggil melihat situasi dan kondisi negara ini. 

"Tidak masalah jika ada yang mengatakan bahwa aksi kami tidak mewakili kampus,” ujar dia dia.

Pilihan Editor: Manifesto Unair Kritisi Jokowi: Demokrasi Alami Ancaman Serius, Berikut 2 Desakan dan 2 Kecaman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus