Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla alias JK menyampaikan ucapan duka cita atas meninggalnya mantan Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975, Solihin GP. Hal itu disampaikan JK saat melayat almarhum yang disemayamkan di Makodam III/Siliwangi, jalan Aceh, Bandung, pada Selasa, 5 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Innalillahi Wainnailaihi Rajiun. Kita semua berduka atas berpulangnya ke rahmatullah, Almarhum Bapak Solihin GP hari ini,” kata JK dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa, 5 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Solihin GP (Gautama Purwanegara) alias Mang Ihin meninggal di Bandung pada Selasa dinihari 5 Maret 2024 pukul 03.08 WIB. Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) itu wafat di usia 97 tahun.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia itu menyebut, Solihin GP merupakan salah satu pejuang bangsa ini. Bahkan, kata JK, Solihin GP memiliki sejarah yang luar biasa bagi masyarakat Sulawesi Selatan saat pemberontakan DI/TII tahun 1960-an.
“Beliau adalah pejuang bangsa, khususnya rakyat Sulsel, berssama-sama dengan alm. Jenderal M. Yusuf, Pak Solihin adalah tokoh yang memberikan keamanan setelah pemberontakan DITII di makassar dan selesai tahun 1964. Merekalah yang memberi rasa aman dan mengamankan Sulawesi selatan,” kata JK.
JK menilai, Solihin GP juga sukses bekerja di pemerintahan saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat serta sukses mengatur pemulihan bangsa ini. Menurut dia, JK telah memberikan jasa-jasa yang luar biasa bagi Indonesia. Karena itu, JK mengajak seluruh masyarakat di Indonesia untuk mendoakan almarhum. “Semoga arwah beliau dapat ditempatkan di sisi Allah SWT yang tinggi atas segala amal ibadahnya,” ucap dia.
Solihin GP lahir di Tasikmalaya, 21 Juli 1926 dari pasangan Haji Abdulgani Poerwanegara dan Siti Ningrum. Berasal dari keluarga menak atau priyayi Sunda, dia berkesempatan sekolah hingga tingkat menengah tinggi di Tasikmalaya. Dari kisahnya di buku The Trouble Shooter, 80 Tahun Solihin GP, dia menjadi pejuang semasa sekolah itu ketika Agresi Militer Belanda yang pertama pada 1947.
Selain berperang melawan Belanda, Solihin ikut melawan pemberontakan PKI di Madiun 1948, kemudian DI/TII. Saat menjadi Asisten II Kodam Siliwangi, dia pernah dimarahi dan diludahi warga karena dianggap tidak becus menghadapi DI/TII yang mengorbankan masyarakat. Kejadian itu menjadi bagian dari evaluasi kekalahan tentara Siliwangi hingga strategi perangnya diubah menjadi perang rakyat semesta.
Solihin kemudian diangkat sebagai Gubernur Akabri Darat pada 15 Juli 1968 pada usia 42 tahun. Sebelum pensiun dari jabatannya, Presiden Suharto lantas menunjuknya sebagai Gubernur Jawa Barat pada 1970. Saat itu dia sempat bersaing untuk membangun daerah dengan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, utamanya di wilayah perbatasan sekitar Ibukota.
YOHANES MAHARSO | ANWAR SISWADI