Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Prasetyo Andy Wicaksono, 28 tahun, tergabung dalam tim Jakarta Smart City. Ia merupakan salah satu tokoh 17 Agustus pilihan Tempo di bidang lingkungan.
Sebelum tahun ini, asap tebal pembakaran sampah membubung di kawasan Pejagalan, Jakarta Utara, hampir setiap hari. Berulang kali warga mengeluhkan asap dari Depo Penampungan Sampah Sementara (DPS) berkapasitas 200 ton di Jalan Moa, Pejagalan, itu kepada Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara. Namun hasilnya nihil.
Baca: 17 Agustus 2045 Menjelang: Tokoh Muda Menggantang Indonesia
Masalah ini mulai terpecahkan pada awal 2017. Sampah-sampah yang menggunung dan terpaksa dibakar akhirnya bisa diangkut secara rutin. Menurut Yusuf Iman, salah seorang warga Pejagalan, kondisi lingkungannya berubah setelah warga mengadu lewat aplikasi Qlue Jakarta Smart City yang disediakan pemerintah DKI Jakarta. “Akhirnya, Lurah Yogara Fernandes langsung turun membenahi sampah,” ujar Yusuf.
Hingga Juni lalu, Prasetyo menjabat Kepala Teknologi Unit Pengelola Jakarta Smart city di bawah Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Smart City beroperasi dengan sokongan dana Rp 76 miliar selama dua tahun dan bermarkas di lantai 3 Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Kepada Tempo, Prasetyo mengatakan konsep smart city tak muluk-muluk. Konsep ini, kata dia, hanya menghendaki pelayanan publik yang memuaskan dan berjalan dua arah. “Peningkatan layanan birokrasi bisa terwujud jika pemerintah mau terbuka,” kata alumnus Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini. Prasetyo memandang teknologi dan sistem digital hanya alat untuk mempercepat penerapan konsep kota pintar.
Simak pula: Tokoh 17 Agustus: Ukir Prestasi di Amerika Berkat Robot Wowwi
Berkat program Qlue yang diakses lewat telepon seluler berbasis Android, warga bisa melaporkan aneka masalahnya. Pemerintah pun bisa segera memverifikasi dan menyelesaikan keluhan warga. Tak cuma itu, Prasetyo—yang didukung Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jakarta Smart City, Setiaji—kemudian meluncurkan portal Smartcity.jakarta.go.id dan aplikasi pelaporan moda transportasi, APAJA.
Nama Prasetyo sebagai programmer digital untuk layanan publik pun kian moncer. Hingga kini, tak terhitung utusan dari daerah lain yang menemuinya untuk mencari tahu konsep kota pintar. Jawaban Prasetyo pun sederhana, “Hanya butuh data dasar, kemudian dikembangkan sesuai dengan karakter masing-masing kota.” Dia pun memberi contoh Tokyo yang mengembangkan konsep smart terhadap bencana dan Kota Meksiko untuk program smart anti-kriminal.
Setelah pemerintah mewujudkan program “One Map Policy” dan “One Data Policy”, Prasetyo yakin konsep smart bisa diterapkan di tingkat negara. Kini, di sela kegiatannya sebagai advisor lepas konsep smart city, Prasetyo mendirikan lembaga Code for Indonesia yang menyediakan pelatihan program komputer. Dia pun terpaksa keluar dari Jakarta Smart City demi proyek ini. “Di negara kita masih minim orang yang paham teknologi, mari sama-sama kita kembangkan."
ANDI IBNU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Catatan Koreksi:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berita ini telah dikoreksi pada 17 Oktober 2018 pukul 16.48 WIB.
Sebelumnya dalam alinea pertama tertulis:
Prasetyo Andy Wicaksono, 28 tahun, mewujudkan konsep smart city alias kota pintar dengan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City.
Dan alenia ke empat:
Masalah sampah di Pejagalan adalah satu dari puluhan masalah perkotaan yang selesai lewat bantuan Qlue Jakarta Smart City, yang dibuat dan dikelola Prasetyo.
Kalimat tersebut mengandung kesalahan karena pemegang hak dan pengembang aplikasi qlue untuk Jakarta Smart City adalah PT Qlue Performa Indonesia bukan Prasetyo Andi Wicaksono seperti tertulis dalam kalimat tersebut.
Demikian koreksi ini kami buat. Atas kesalahannya kami mohon maaf.