Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pendakwah Haikal Hassan termasuk di antara tokoh yang dipanggil oleh presiden terpilih Prabowo Subianto ke kediamannya di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, pada Selasa, 15 Oktober 2024. Seusai pertemuan, Haikal mengatakan bahwa Prabowo memintanya untuk berkontribusi selama lima tahun masa pemerintahan yang akan datang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Haikal Hassan meninggalkan kediaman Prabowo bersama mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Eddy Hiariej. "Ya, intinya kami diminta untuk membantu bapak dan kami akan selalu membantu dengan yang terbaik. Kami membantu bapak, sesuai dengan bidangnya masing-masing," kata Haikal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun demikian, dia tak mau membocorkan pos mana yang akan diisinya. Haikal mengatakan, pengarahan dari Prabowo secara umum adalah agar maksimal membangun Indonesia yang lebih baik.
"Teman-teman, minta tolong supaya ke depan kita bangun Indonesia yang lebih baik tanpa hoaks, tanpa potongan-potongan (video) yang membuat suasana kita semakin nggak enak," ujarnya.
Lahir di Jakarta pada 21 Oktober 1968, Haikal Hassan Baras adalah sosok pendakwah yang terkenal dengan logat Betawi yang kental. Dalam garis keturunannya, dia merupakan Ahmad Haikal bin Hasan bin Umar bin Salim bin Ali bin Syekh Ali bin Abdullah Baras. Haikal memiliki darah campuran Indonesia dan Arab, yang memperkaya latar belakang kebudayaannya.
Dari segi pendidikan, Haikal Hassan menempuh pendidikan di bidang teknik. Ia menyelesaikan gelar Sarjana (S1) Teknik Informatika di Universitas Budi Luhur. Tidak berhenti sampai di situ, Haikal melanjutkan pendidikan pascasarjana dengan mengambil Magister (S2) di bidang Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebelum dikenal sebagai pendakwah, Haikal sempat bekerja sebagai konsultan sumber daya manusia di sebuah perusahaan tambang.
Nama Haikal Hassan mulai dikenal secara luas di kancah nasional setelah dirinya menjadi salah satu panitia dalam Aksi 212 pada tahun 2016. Aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap dugaan penistaan agama yang melibatkan Plt Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Peran Haikal dalam aksi yang mengumpulkan jutaan massa ini menjadikannya figur yang dikenal dalam lingkaran umat Islam, khususnya kalangan yang beroposisi terhadap Ahok dan pendukung Gubernur Anies Baswedan.
Selain Aksi 212, Haikal juga aktif di dunia politik. Pada Pilpres 2019, dia ditunjuk sebagai juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) untuk pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Haikal Hassan menjadi salah satu suara penting dalam kampanye tersebut, yang membawa isu-isu keumatan dan nasionalisme dalam kontestasi politik. Dukungan Haikal kepada Prabowo tidak hanya berhenti pada Pilpres 2019. Menjelang Pilpres 2024, Haikal kembali menunjukkan dukungannya kepada Prabowo Subianto, yang saat ini kembali mencalonkan diri sebagai Presiden RI.
Salah satu momen kontroversial dalam kehidupan Haikal Hassan terjadi pada 9 Desember 2020, ketika ia mengaku pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Pengakuan ini disampaikan saat ia menghadiri pemakaman enam anggota Front Pembela Islam (FPI) yang tewas dalam insiden dengan polisi di Megamendung, Jawa Barat.
Dalam mimpinya, Haikal mengaku melihat Nabi Muhammad memegang tangan kedua anaknya yang telah meninggal, yakni Umar dan Salma, dan memberi Haikal rasa tenang agar tidak khawatir. Ia lalu menyampaikan kepada keluarga laskar FPI bahwa orang-orang yang mereka cintai kini sudah bersama Rasulullah, dan meminta mereka untuk tidak bersedih lagi.
Pada 15 Desember 2020, Sekretaris Jenderal Forum Pejuang Islam, Husin Shihab, melaporkan Haikal Hassan ke Polda Metro Jaya. Husin menilai bahwa pernyataan tentang mimpi bertemu Nabi Muhammad tidak pantas disampaikan dalam momentum pemakaman, terutama jika dianggap sebagai alat untuk kepentingan politik tertentu. Dia khawatir pengakuan ini dapat memicu ketidakstabilan sosial.
Namun, kubu Haikal Hassan, melalui tim hukum Habib Rizieq Shihab (HRS) Center, menanggapi tuduhan tersebut sebagai sesuatu yang mengada-ada. Menurut mereka, mimpi adalah pengalaman spiritual yang bersifat personal, dan tidak seharusnya menjadi masalah hukum. M. Kamil Pasha, anggota tim hukum tersebut, menyebut bahwa mimpi adalah bagian dari hak pribadi seseorang dan tidak semestinya menjadi alasan untuk dijadikan laporan pidana.
Kontroversi lain yang sempat melibatkan Haikal Hassan adalah terkait dengan video ucapan ulang tahun yang diunggah oleh JNE pada November 2020. Dalam video tersebut, Haikal Hassan memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada perusahaan logistik tersebut, yang kemudian memicu reaksi negatif dari beberapa kalangan di media sosial. Sejumlah warganet yang tidak setuju dengan pandangan politik Haikal Hassan meluncurkan kampanye boikot terhadap JNE, dengan menggunakan tagar #BoikotJNE dan #JNEKadrun di media sosial.
MYESHA FATINA RACHMAN I ANNISA FEBIOLA I M JULNIS FIRMANSYAH I ANTARA