Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Vaksinasi Booster Rendah, Epidemiolog Sebut Karena Pemerintah Narasikan Endemi

"Faktor euforia, optimisme berlebihan pemerintah yang menarasikan ini sudah terkendali dan masuk endemi," kata Dicky soal rendahnya vaksinasi booster.

25 Maret 2022 | 07.13 WIB

description[1]: Petugas memeriksa kesehatan calon penerima vaksin COVID-19 dosis ketiga di RPTRA Bhineka, Swadarma, Jakarta, Kamis, 24 Maret 2022. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Perbesar
description[1]: Petugas memeriksa kesehatan calon penerima vaksin COVID-19 dosis ketiga di RPTRA Bhineka, Swadarma, Jakarta, Kamis, 24 Maret 2022. ANTARA/Rivan Awal Lingga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat vaksinasi booster di Indonesia masih berada di angka 6,06 persen. Angka ini jauh di bawah capaian rata-rata vaksinasi booster dunia 18,55 persen. Padahal, vaksinasi booster menjadi syarat utama bagi masyarakat yang ingin melakukan mudik tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menurut Dicky, hal pertama yang membuat masyarakat ogah melakukan vaksinasi booster karena pemerintah sudah gembar-gembor mengatakan status pandemi akan turun ke level endemi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Faktor euforia, optimisme berlebihan dari pemerintah yang menarasikan ini sudah terkendali dan masuk endemi. Sehingga semangat atau persepsi risiko, kewaspadaan yang terbangun di masyarakat ini menurun, sulit dibangun lagi," ujar Dicky saat dihubungi Tempo, Kamis, 24 Maret 2022

Selain itu, Dicky mengatakan penyebab masyarakat enggan melakukan vaksinasi booster karena pada vaksinasi dosis pertama dan kedua, mereka mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang tidak menyenangkan. Dengan minimnya literasi soal KIPI tersebut, masyarakat takut untuk melanjutkan ke vaksinasi dosis ketiga.

Terakhir, Dicky mengatakan ada banyak masyarakat yang ingin divaksin dengan jenis vaksin yang homogen atau sejenis. Sementara pada vaksinasi booster, rata-rata masyarakat mendapatkan jenis vaksin yang berbeda dibanding vaksinasi pertama dan kedua. 

"Jadi pemerintah harus lebih ekspansif dan proaktif (melakukan vaksinasi dosis ketiga), dibandingkan saat dosis vaksin satu dan dua," kata Dicky. 

Sebelumnya, juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, menyebut capaian vaksinasi booster Indonesia masih berada di angka 6,06 persen. Pemerintah terus berupaya mengajak masyarakat melakukan suntikan vaksinasi dosis ketiga tersebut. 

"Cakupan vaksinasi booster perlu ditingkatkan. Pemerintah menjamin ketersediaan vaksin booster dan distribusinya ke seluruh Negeri. Sehingga masyarakat diminta untuk melengkapi vaksinasinya," ujar Wiku. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus