Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Surat Pembaca

26 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ide Republik BBM

Acara talk show di televisi yang sangat digemari pemirsa belakangan ini adalah Republik Benar-benar Mabok (BBM) yang ditayangkan Indosiar. Membicarakan masalah serius dengan penuh canda kadang-kadang bisa membuat kita melupakan penderitaan hidup.

Tapi ada yang membuat saya ingin ber-tanya- kepada pemilik acara Republik BBM. Dalam acara Kick Andy di Metro- TV, Kamis 15 Mei lalu, Andi F. Noya, pemandu acara, sempat menanyakan asal-usul ide itu. Mereka mengatakan ide itu muncul dari tim kreatif mereka, di antara-nya Ucup Kelik, Effendy Ghazali, Denny Chandra, dan lain-lain. Bahkan di Republi-ka Minggu, Ucup Kelik mengatakan, dia telah menulis buku tentang masalah ini sebelumnya.

Pertanyaan saya, apakah tim kreatif Republik BBM pernah membaca buku Republik Burung Hantu yang dikarang Hermawan Sulistyo cetakan pertama 2003? Buku itu berisi kumpulan esai Hermawan yang pernah dimuat harian Jawa Pos.

Meski materi acaranya tidak persis sama, saya curiga, acara Republik BBM ter-ilhami- buku Hermawan itu. Setidaknya ju-dul acara. Apalagi lagu wajib negara Republik BBM ini adalah lagu Burung Hantu-. Jadi klop dengan judul buku Republik Burung Hantu. Atau Mas Hermawan yang mencontek ide Republik BBM? Hanya saja Repu-blik BBM terlambat muncul di televisi?

Seandainya tim kreatif Republik BBM memang dipengaruhi buku itu , alangkah ba-gusnya memberi penghargaan bagi orang yang telah memberikan inspirasi, seperti Hermawan. Tak mesti berupa materi, mungkin dengan menuliskan nama Hermawan di layar kaca pada awal atau akhir acara.

Marilah kita mulai mengembangkan makna ”menghargai jasa pahlawan” dalam lingkup yang lebih kecil, dengan menghargai ide seseorang sekecil apa pun. Effendy Ghazali yang orang kampus pasti setuju dengan saran ini.

Syaiful Pandu Guru SMP Cendana, Duri, Riau


Pemerasan di Tol Cikampek

Pada Selasa, 16 Mei lalu, sekitar pukul 19.00 WIB, di perjalanan saya memutuskan rehat di tempat istirahat sebelum pintu tol Pondok Gede, sekitar 3 kilometer dari perempatan Halim Perdanakusumah. Saat itu saya bersama seorang wanita.

Tiba-tiba, dengan beringas lima sampai delapan orang dengan tiga mobil derek liar mengepung. Satu orang masuk ke dalam mobil bagian depan dan mengambil kunci mobil. Satu orang lagi masuk lewat pintu belakang sambil berteriak-teriak saya telah melakukan perbuatan cabul. Mereka meminta KTP dan identitas lainnya.

Terkejut karena serangan mendadak, saya berteriak rampok-rampok. Tapi tak ada yang membantu, meskipun banyak mobil di sekitar kami. Laki-laki itu meng-ambil kunci mobil, meminta sejumlah uang dan mengajak pergi ke tempat lain. Saya tak mau mengikuti, takut dibunuh dan diperas habis-habisan.

Mereka mengancam akan memanggil televisi untuk mengekspos dengan tuduh-an saya melanggar Undang-Undang Antipornografi (yang belum disahkan), biar keluarga saya hancur, kata mereka.

Sewaktu kejadian ada petugas tol de-ngan- mobil derek resmi. Saya minta tolong- agar menghubungi petugas lainnya. Tapi jangan-kan menolong, turun dari mobil derek-nya pun mereka tidak mau. Mungkin takut atau ada kerja sama dengan para pe-me-ras. Akhirnya karena takut dipukul dan tidak ada yang membantu, saya memberikan uang Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah). Itu semua uang yang ada, dan dompet diperiksa oleh mereka. Setelah menerima uang, kunci mobil baru mereka serahkan.

Kejadian serupa terjadi lagi pada Senin, 12 Juni lalu, sekitar pukul 17.00 WIB di tempat istirahat sebelum pintu tol Bekasi Barat. Saya baru istirahat sekitar 10 menit, tiba-tiba satu mobil derek liar dengan krunya sekitar tiga dan empat orang mengepung. Mereka berusaha mengambil kunci mobil, tapi saya berusaha lari.

Salah seorang pemeras memukul kaca mobil dengan rantai sehingga kaca mobil itu rusak. Namun, saya tetap tancap gas menuju pintu tol Bekasi Barat. Hebatnya lagi, tanpa takut, mereka tetap mengejar dan memalangkan pintu mobil dereknya di depan mobil saya sehingga terjadi kema-cetan.

Kemudian, mereka mengepung mobil saya dan mengambil kunci untuk memeras meminta uang. Untung, di belakang mobil saya ada anggota Angkatan Laut (memakai seragam) dan menolong saya sehingga me-reka memberikan kunci mobil dan kabur menuju pintu tol Bekasi Barat.

Melihat pengalaman ini, saya berharap para pengguna tol, terutama tol Jakarta-Ci-kampek agar berhati-hati jika beristirahat di tempat istirahat tol. Banyak pemeras/pe-rampok sadis bertameng mobil derek liar. Jika dirampok/diperas, jangan harap ada yang membantu selain diri sendiri.

Saya berharap pihak kepolisian dan pe-ngelola jalan tol Jakarta-Cikampek mener-tibkan derek-derek liar itu karena mereka- adalah pemeras dan perampok sadis yang sangat mengganggu ketertiban. Para -pengemudi mobil derek liar itu gampang dicek keberadaannya dengan bekerja sama pe-tugas tol Jakarta-Cikampek atau pemilik warung dekat tempat istirahat yang menyaksikan kejadian Selasa, 16 Mei lalu.

Ciri-ciri mereka laki-laki berumur sekitar 40 tahunan, kulit gelap, tinggi sedang 163 cm. Sedangkan yang masuk pintu belakang dan memukul teman wanita saya berumur 30 tahunan, tinggi sedang, kulit gelap. Adapun pelaku pemerasan Senin, 12 Juni lalu, sebagian dari grup yang sama.

Nama dan alamat ada pada redaksi


Janji Wali Kota Depok

Jumat, 16 Juni malam lalu, saya hampir saja terpelanting saat melaju dengan motor di Jalan Margonda Raya, Depok. Sebuah galian selebar hampir satu meter melintang membelah jalan tepat di depan perumahan mewah Pesona Khayangan, Depok. Akibat galian tak tertimbun sempurna, terjadi sebuah lubang memanjang sedalam sekitar 10 sentimeter, menganga dan berbahaya bagi warga yang lalu-lalang.

Kedalaman lubang itu tak seberapa, tapi benturannya amat terasa di peredam kejut motor bebek saya yang ringkih. Dan karena melaju dengan kecepatan tinggi di ruas jalan yang sepi, tengah malam itu, benturannya nyaris melemparkan saya dan tiga pengendara motor lain yang kebetulan melintas bersamaan.

Sampai saya menulis surat ini, jalan aspal beton yang ”dirusak” itu tak kunjung di-kembalikan dalam kondisi semula. Petugas cuma memperkeras jalan itu dengan pasir.

Kejadian itu adalah puncak keprihatinan saya terhadap kondisi kota Depok yang rasanya tak kunjung mengalami per-ubahan. Janji-janji yang diucapkan Wali Kota Depok yang baru, Nur Mahmudi, saat berkampanye, ternyata hanya janji surga. Nyaris tak ada perubahan sejak beliau terpilih tahun lalu.

Bila Margonda sebagai jantung kota saja sudah tak menawarkan keamanan dan kenyamanan, bagaimana sudut kota yang lain? Depok adalah Margonda yang kini men-jadi rimba pusat perbelanjaan. Kema-cetan kini kian bertambah siang dan malam.

Jalan di Depok di mana-mana kumuh, becek, berlubang besar bak kubangan kerbau. Lihat saja ruas-ruas jalan di Depok II, Depok Timur, Cisalak, Cimanggis, Perumnas Depok, Citayam, ruas jalan di depan Pasar Lama, tepat di depan pusat perbelanjaan Alfa, dan ruas jalan menuju Sawangan di dekat RS Bakti Yudha. Itu baru sebagian kecil. Belum termasuk ruas-ruas jalan kecil lain di seluruh kota.

Inilah rupa kota Depok yang bermimpi menjadi kota yang aman dan nyaman. Wali Kota yang juga mantan menteri itu seperti-nya hanya menjadi tukang buka dan tutup acara. Inilah kota Depok yang lebih memikirkan perda maksiat daripada meng-urusi kenyamanan masyarakatnya untuk hidup dan berkehidupan. Entah sampai kapan saya harus terus mengelus dada.

Deddy Sinaga Warga Depok


Bukit Cimanggu Villa Mengecewakan

Saya sebagai warga perumahan Bukit Cimanggu Villa, Bogor, sangat kecewa de-ngan sikap pengembang PT Gapura Prima yang arogan. Sebagai pemukim, kami merasa tak dihargai saat berhadapan de-ngan manajemen PT Gapura Prima pada pertemuan 11 Juni lalu.

Padahal, dalam pertemuan itu kami ha-nya menanyakan apakah PT Gapura Prima sebagai developer mau memperbaiki jalan yang rusak di lingkungan kami sebelum diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Bogor. Sebelumnya, melalui Ke-tua RT 05/RW 14 Kelurahan Cibadak, Kec. Tanah Sereal, kami juga sudah mengirimkan surat resmi kepada mereka.

Namun, mereka, khususnya Direktur Marketing PT Gapura Prima, Sdr. Amin, dengan arogan mengatakan tak bertanggung jawab kepada warga perihal sarana dan prasarana, khususnya jalan dan salur-an/drainase yang rusak. Ia mengatakan, setelah warga membeli rumah dan menandatangani akta jual beli, pengembang tak bertanggung jawab lagi atas sarana dan prasarana itu. Mereka hanya bertanggung jawab kepada pemerintah daerah.

Saudara Amin juga mengatakan, surat- yang dikirim warga kepada pengembang tak harus dijawab. Ditambahkan pula, bahkan surat dari sekretaris negara pun pernah tak mereka jawab dan tidak bermasalah. Apalagi hanya dengan konsu-men atau warga seperti kami. Begitu pula janji- sales PT Gapura Prima sewaktu kami membeli rumah, juga bukan tanggung ja-wab perusahaan itu lagi.

Karena itu, kami mengimbau semua calon konsumen dan masyarakat serta warga Bukit Cimanggu Villa agar berhatihati dengan developer tersebut. Seandai-nya- Anda, saudara atau teman Anda berniat- membeli rumah di kawasan ini, jangan terlalu berharap dan percaya de-ngan janji- yang ditawarkan pengembang. Jangan sampai kekecewaan yang kami rasakan juga akan menimpa anda.

Awalnya kami bangga tinggal di Bukit Cimanggu Villa, apalagi ditambah promosi dari PT Gapura Prima yang luar biasa di berbagai media yang menyatakan Bukit Cimanggu Villa adalah pemukiman yang ter... segalanya. Kenyataannya, semuanya bertolak belakang. Mereka hanya manis di depan dan hanya mengutamakan kepen-tingan bisnisnya saja. Nurani diabaikan. Seolah-olah duit adalah segalanya.

Semoga Pemerintah Kota Bogor mau ber-si-kap dan tak silau dengan uang develo-per. Bisa saja pengembang merasa lebih -untung memberi Rp 1 miliar kepada pejabat Pemda dibandingkan harus mengeluarkan uang Rp 5 miliar untuk melaksanakan kewajibannya kepada warga Bukit Cimanggu Villa.

Firdaus Bambang Saputra Bukit Cimanggu Villa, Bogor


Menolak Intervensi Asing

Pembebasan Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba’asyir me-risaukan negara-negara yang sangat getol menguber para teroris, seperti Amerika Serikat dan Australia. Kerisauan ini akibat ulah mereka sendiri yang angkuh, arogan, dan mudah menuduh dan mendiskriminasi umat Islam sebagai teroris.

Mereka terancam oleh ulahnya sendiri. Bahkan memonitor kegiatan Abu Bakar Ba’asyir setelah pembebasannya. Sebuah permintaan yang tidak pantas karena secara tidak langsung telah mengintervensi kedaulatan hukum negara lain.

Saya sangat mendukung langkah peme-rintah, terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menolak permintaan Perdana Menteri John Howard. Menurut SBY, pembebasan Ba’asyir sudah sesuai dengan prosedur hukum yang tidak bisa diintervensi oleh siapa pun, termasuk presiden, apalagi negara lain.

Saya berharap penegakan hukum seper-ti yang dialami Abu Bakar Ba’asyir juga diberlakukan bagi siapa pun yang tersangkut tindak pidana, termasuk terhadap- kelompok-kelompok yang bertindak anar-kistis dan para koruptor yang sangat merugikan keuangan negara.

SBY jangan sampai tergoda untuk meng-intervensi penegakan hukum karena pe-ngaruh atau bisikan orang-orang tertentu. Saya yakin hal itu tidak akan terjadi selama SBY tetap konsisten dan yakin bahwa kedaulatan hukum akan menjadi kunci keberhasilan membangun sebuah masyarakat yang beradab, adil, dan sejahtera.

Humaidi Dahnan Jl. Madrasah Pembangunan, Pisangan Ciputat, Tangerang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus