Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ragam

Ramadan 2020, Ahli Ingatkan PDP Corona Tak Puasa Dulu

Pandemi COVID-19 belum juga berlalu mendekati Ramadan 2020 ini.

21 April 2020 | 21.19 WIB

Dua orang dokter berdiri di depan salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin, 6 April 2020. Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. ANTARA
Perbesar
Dua orang dokter berdiri di depan salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin, 6 April 2020. Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi COVID-19 belum juga berlalu mendekati Ramadan 2020 ini. Sejumlah besar orang dipastikan bakal melaluinya dalam pengawasan terkait penyakit virus corona 2019 itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menganjurkan, mereka terlebih yang sudah terkonfirmasi terinfeksi virus corona untuk tidak berpuasa. “Untuk pasien dalam pengawasan atau PDP dan yang positif COVID-19 jelas tidak dianjurkan berpuasa," ujar dia melalui pesan pendek, Senin 20 April 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ari merujuk kepada 6.575 orang yang hingga Senin sore, 20 April 2020, berada dalam kelompok terkonfirmasi positif COVID-19 itu. Jumlah mereka yang dalam pengawasan (PDP) lebih besar lagi, yakni 15.646 orang per periode yang sama. 

Anjuran yang sama diberikan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio secara terpisah. “Jika seseorang atau yang termasuk dalam PDP dan sudah memiliki gejala klinik tidak dianjurkan berpuasa,” ujarnya. 

Menurut Amin, seseorang memiliki kondisi lemah karena gejala COVID-19 tidak dianjurkan berpuasa karena bisa memperburuk kondisi. “Intinya kan sebisa mungkin kita harus memelihara kekebalan dan itu harus pertimbangan pasien itu sendiri,” kata profesor bidang mikrobiologi klinis di Universitas Indonesia itu.

Amin menambahkan, berpuasa bisa dibayar di lain waktu. “Yang penting selama dia ada virus itu daripada lebih berat, dia harus mempertimbangkan, kalau lemah ya tidak perlu (puasa) ya,” kata Amin menegaskan.

Reporter: Moh. Khory Alfarizi
Editor: Zacharias Wuragil

 

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus