TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak sesama negara anggota ASEAN menjadi bagian dari pencegahan konflik. Dengan peran aktif itu, maka perdamaian di kawasan Asia akan terjaga kelanggengannya.
Pernyataan itu dikemukakan Presiden dalam pidato penerimaan gelar kehormatan Doctor Honoris Causa in Leadership of Peace dari University Utara Malaysia di Kuala Lumpur, Rabu, 12 Desember 2012.
University Utara adalah salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Malaysia. Universitas ini dikenal spesialisasi dalam ilmu manajemen dan bisnis.
Gelar doktor kehormatan itu adalah gelar pertama yang diterima SBY dari Malaysia. Tokoh lain yang pernah menerima penghargaan serupa antara lain mantan Perdana Menteri Inggris Margareth Tatcher, mantan PM Malaysia Mahathir Muhammad, dan Tun Abdullah Badawi.
Dalam pidato yang disampaikan di depan senat guru besar dan rektor University Utara, SBY mengupas peran-peran yang dia lakukan untuk mewujudkan perdamaian. Menurut SBY, tidak ada model tunggal untuk mewujudkan perdamaian. "Tiap negara, tiap kawasan, memiliki tantangan yang berbeda," kata Presiden.
Dia lalu menguraikan pengalamannya menyelesaikan beberapa konflik di Indonesia, seperti konflik Aceh dan sisa-sisa kekerasan di Timor Leste pasca-jajak pendapat. "Saya belajar bahwa menyelesaikan konflik Aceh tak bisa dengan pendekatan militer. Yang harus dibangun adalah kepercayaan," katanya.
Menurut SBY, saat harus menyelesaikan konflik di Indonesia, dia melakukan dua hal. Pertama, memperbaiki ekonomi agar Indonesia keluar dari krisis. "Jika ekonomi tumbuh, potensi konflik bisa diredam," katanya.
Cara kedua adalah menyelesaikan konflik horizontal dan komunal dengan pendekatan rekonsiliasi, sosial ekonomi, dan penegakan hukum. "Jika masyarakat bebas dari kekerasan dan konflik komunal, masyarakat akan lebih damai," kata dia lagi.
Menyinggung konflik kawasan, SBY menekankan perlunya kondisi obyektif mencegah konflik dalam bentuk berbagai kerja sama perdamaian. "ASEAN memiliki berbagai instrumen yang memadai untuk melakukan itu. Ada Piagam ASEAN, Treaty of Amenity and Corporation, juga South East Asia Nuclear Weapons Free Zone. Semua itu sangat penting untuk menjaga perdamaian ASEAN," kata Presiden SBY.
Ihwal hadirnya berbagai kekuatan besar, seperti Cina, Rusia, Jepang, atau Australia, Presiden melihat semua kekuatan itu justru bisa didorong untuk bekerja sama secara inklusif. "Mereka bisa diajak bekerja sama dalam forum East Asia Forum," katanya.
DARU PRIYAMBODO (KUALA LUMPUR)
Terpopuler:
Todung Bela Gambar Sampul Majalah Tempo
Rhoma Irama Nyapres, Apa Kata Prabowo?
Kecelakaan Sukhoi Superjet-100 Disebabkan 3 Faktor
Penginjak Al Quran Divonis Hukuman Mati
Andi Mallarangeng Tak Tahu Dutasari Terkait Anas
Todung Mulya Berkicau Soal Tempo Vs Rizal
Nikah Lagi, Olla Ramlan Klaim Masih Perawan
Kata Kakak Penembak Connecticut Soal Adiknya
Kiamat 2012, Hanya Satu Warga Kanada yang Selamat
Penghina Habibie Sekarang Hina Gus Dur