Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
RUMAH itu dibiarkan kosong. Tembok depannya retak. Atap sengnya berantakan. Dinding di satu kamarnya pun roboh. Sang pemilik, Yulizar, 55 tahun, akhirnya memilih tinggal di gubuk enam meter persegi persis di depan rumah. Di pondok kayu dikelilingi seng itulah, Yulizar tidur berdesak-desakan bersama empat anak, satu menantu, dan satu cucu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo