Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Surabaya - Ide kreatif bisa datang dari mana saja, termasuk dari ruang kerja. Seorang petugas Laboratorium Biomedik Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) terdorong menciptakan alat-alat penunjang di sana. Di laboratorium tersebut, para dosen, mahasiswa, bahkan peneliti dari luar kampus melakukan eksperimen dengan tikus percobaan.
"Saya sering terenyuh melihat tikus disiksa demi penelitian," kata Anang Subagio di ruangannya, Rabu, 22 Juni 2016. Contohnya dalam penelitian mengenai obat-obatan apa saja yang mampu menurunkan tingkat stres pada manusia. Untuk mengetahuinya, peneliti butuh melakukan uji tingkat stres kepada hewan seperti tikus. Biasanya, si tikus dibikin stres dengan berbagai model penyiksaan.
Anang menyebutkan beberapa metode, mulai metode predator yaitu tikus dikejar-kejar kucing, metode adaptif yaitu dengan menaruh tikus di kelompok tikus lain sampai stres dan terluka. "Bahkan ada yang disetrum atau dibuat berenang terus menerus dalam kondisi ekor diberi pemberat."
BACA JUGA
Kasus Teman Ahok, Bos KPK: Surat Penyelidikan Diteken Besok
Eks Teman Ahok Mengaku Digaji Rp 500 Ribu per Minggu
Pria 46 tahun itu lalu membuat platform yang dia namai Uji Stres Terhadap Tikus Secara Aman. Ia memakai barang-barang bekas di sekitarnya, seperti alat kymograph (alat pencatat tekanan gelombang) yang sudah lusuh, pipa paralon, akrilik, dan spion sepeda motor. Prinsip kerjanya ialah membuat tikus stres tanpa menyiksanya.
Si tikus, kata Anang, diletakkan di permukaan akrilik di ujung pipa paralon. "Tikus takut ketinggian. Nah, kalau dia stres, dia akan mengeluarkan urin dan kotoran yang agak cair," ujarnya. Akrilik yang dibuat, lalu berputar 360 derajat secara perlahan. Di setiap tepiannya, diberi lis berupa karet untuk tikus berpegangan agar tidak jatuh. "Dibikin berputar begini saja cukup bikin dia stres," tutur Anang.
Berkat alat bikinannya itu, sang peneliti, Handoko Daeng yang juga Dekan Fakultas Keperawatan UKWMS, berhasil menyempurnakan hasil penelitiannya dalam bidang psikiatri. Bahkan, diterbitkan ke tingkat internasional, yakni ASEAN Journal of Psychiatry tahun 2015. "Jadi, beliau menggunakannya dalam penelitian selama 3 bulan. Ini alat uji stres yang tidak menyiksa hewan pertama kali di dunia," kata dia.
Sebenarnya, lebih dari 20 alat laboratorium yang ia buat untuk memenuhi berbagai kebutuhan penelitian. Karya-karya itu mengantarnya menjadi Juara 1 Tenaga Kependidikan kategori Laboran Berprestasi tingkat Kopertis Wilayah VII Jawa Timur.
Mulai alat penguji obat penurun diabetes, obat penurun kolesterol, uji pernafasan, sampai obat penyembuh paru-paru bagi perokok aktif. "Semuanya, bertujuan agar hewan percobaan tidak tersiksa dan bahan pembuatnya dari barang-barang bekas, sehingga murah," ucap dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA
RIBUT KTP TEMAN AHOK
Eks Teman Ahok Gelar Jumpa Pers di Kafe, Siapa yang Bayar?
Djarot ke Ahok: Jadi Bapak Untung Enggak Sama Saya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini