Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti baru saja menemukan tujuh planet dengan ukuran dan kondisi serupa bumi mengitari bintang yang sama. Namun, dibuutuhkan waktu 10 tahun lagi untuk mengetahui ada-tidaknya kehidupan di sana.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mencari dan mendata planet serupa bumi di luar tata surya untuk mempelajari kemungkinan adanya kehidupan lain di jagat raya. Tak selalu berhasil, memang, hingga akhirnya pekan lalu berita bagus tersebar.
Dalam jurnal Nature, kabar itu tersibak. Untuk pertama kalinya, mereka berhasil menemukan tujuh planet sekaligus yang mirip bumi mengitari sebuah bintang redup di rasi Akuarius, yang terlihat di langit belahan bumi selatan. Tiga dari tujuh eksoplanet—sebutan untuk planet di luar tata surya—itu diprediksi cukup hangat dan memiliki kandungan air.
Ketujuh planet yang berdekatan itu mengitari bintang kerdil bernama Trappist-1, yang telah dideteksi posisinya menggunakan teleskop di observatorium di Cile tahun lalu. Berukuran sedikit lebih besar daripada Jupiter, bintang Trappist-1 bersinar 2.000 kali lebih redup ketimbang matahari.
Menurut Michael Gillon, penulis utama laporan temuan tersebut, bintang Trappist-1 sangat kecil dan dingin, tapi memiliki energi yang cukup untuk menghangatkan ketujuh planet yang mengitarinya.
“Dengan kondisi seperti itu, ada kemungkinan mereka memiliki air dan kehidupan di permukaannya,” kata ahli astrofisika dari Universitas Liege, Belgia, itu seperti ditulis The Guardian.
Sistem Trappist-1 berjarak sekitar 40 juta tahun cahaya dari bumi. Secara astronomi, ukuran jarak ini dekat. Namun jika dihitung dengan kemampuan manusia saat ini untuk menjelajah luar angkasa baru, jelas sangat jauh.
Dengan teknologi roket tercepat dan dana ekspedisi yang sangat besar, manusia membutuhkan waktu 11.250 tahun untuk mencapai sistem Trappist-1.
Meski belum bisa didatangi dalam waktu dekat, sistem Trappist-1 diyakini para ilmuwan bisa mengubah konsep penelitian tentang dunia di luar tata surya. Trappist-1 sejauh ini merupakan obyek studi terbaik untuk mempelajari kehidupan alien.
“Sebelum penemuan ini, jika ingin mempelajari planet terrestrial, kita hanya punya empat obyek dan semuanya ada di dalam tata surya,” kata Gillon.
Sistem Trappist-1 ibarat miniatur tata surya manusia. Namun planet-planet dalam sistem Trappist-1 memiliki lintasan orbit dengan jarak berdekatan. Trappist-1b, planet yang paling dekat dengan bintangnya, hanya memerlukan 1,5 hari untuk menyelesaikan rute orbitnya. Adapun planet terjauh, Trappist-1h, cuma menghabiskan waktu 20 hari untuk menyelesaikan satu putaran.
Jarak planet terjauh di sistem Trappist-1 bahkan enam kali lebih dekat dibanding jarak Merkurius ke matahari. Saking dekatnya jarak lintasan orbit antarplanet di Trappist-1, jika manusia bisa berdiri di salah satu permukaan planet itu, ia dapat melihat daratan atau kumpulan awan di planet tetangga.
Selanjutnya: Tiga planet yang mirip bumi
Ada tiga eksoplanet yang menyerupai bumi, yakni Trappist-1e, 1f, dan 1g. Mereka berada di Zona Goldilocks alias kawasan layak huni di suatu sistem planet. Di area ini, temperatur bisa bervariasi antara 0 dan 100 derajat Celsius. Kondisi tersebut ideal bagi air dan kehidupan untuk bertahan. Adapun planet Trappist-1b, 1c, serta 1d terlalu dekat dengan bintang dan panas. Sedangkan Trappist-1h terlalu jauh dan dingin.
Planet yang dinilai paling ideal adalah Trappist-1f. Planet ini memerlukan sembilan hari untuk mengelilingi Trappist-1. Dari planet ini, bintang Trappist-1 akan tampak 10 kali lebih besar daripada tampilan matahari yang dilihat dari bumi. Adapun planet-planet yang menghiasi langit Trappist-1f akan tampak berukuran dua kali lebih besar ketimbang bulan yang terlihat dari bumi.
“Planet-planet itu adalah target terbaik yang bisa ditemukan sejauh ini dalam mempelajari kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi,” kata Julien de Wit, ahli planet dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) seperti ditulis Popular Mechanics.
Amaury Triaud, peneliti astronomi dari Cambridge University, mengatakan kepastian ada atau tidaknya kehidupan di tata surya Trappist-1 bisa diketahui dalam satu dekade.
Dalam periode itu, teleskop James Webb Space, yang akan diluncurkan tahun depan, sudah beroperasi penuh sehingga pengamatan menjadi lebih jelas.
“Jika ada kehidupan muncul di sana dan ada gas yang dilepaskan seperti halnya di bumi, kita akan tahu.”
THE GUARDIAN | POPULAR MECHANICS | SPACE | NASA | GABRIEL YOGA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini