Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Hati-Hati, Diet Bisa Membuat Otak 'Kelaparan'  

Diet lemak secara intens selama tiga hari bisa membuat otak kekurangan glukosa.

29 April 2016 | 12.53 WIB

Ilustrasi diet. livescience.com
Perbesar
Ilustrasi diet. livescience.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian oleh Max Planck Institute for Metabolism Research, Jerman, menunjukkan diet lemak secara intens selama tiga hari bisa membuat otak kekurangan glukosa. Direktur Max Planck Institute for Metabolism Research Jens Bruning mengatakan otak tikus yang dipakai dalam penelitian butuh waktu empat pekan untuk memulihkan kebutuhan gulanya setelah tiga hari diet lemak. Pemulihan itu, ucap Bruning, memakai gula yang ada di tubuh. 

Lemak yang tinggi bisa mengacaukan keteraturan tubuh kita. Akibatnya, kita bisa menderita obesitas dan diabetes. Untuk mengetahui dampak diet lemak tinggi, Bruning dan timnya meneliti otak tikus. Hal ini dilakukan juga untuk mengetahui terjadinya obesitas dan diabetes. 

“Kurangnya asupan glukosa membuat otak kelaparan, meski tikus mengkonsumsi kalori setiap hari,” ujar Alexander Jais, penulis penelitian ini. Soalnya, protein GLUT-1 adalah pengangkut glukosa terpenting di sawar darah-otak. 

Sawar darah-otak memisahkan dua kompartemen utama dari susunan saraf, yaitu otak dan likuor serebrospinal, dari kompartemen ketiga, yaitu darah.

Kemungkinan, pemicu berkurangnya GLUT-1 adalah asam lemak jenuh bebas yang memiliki efek racun pada sel-sel sawar darah-otak. Otak bisa kekurangan glukosa di daerah-daerah signifikan, yaitu hipotalamus yang mengontrol metabolisme serta korteks serebral yang bertugas dalam pembelajaran dan memori. 

Yang terjadi selanjutnya adalah otak butuh waktu untuk mengkompensasi kekurangan energi. Makrofag, jenis darah putih, kemudian menumbuhkan VEGF. VEGF meningkatkan produksi dan fungsi GLUT-1 serta melepaskannya langsung ke sel endotel vaskular sawar darah-otak.

Tingkat glukosa normal bisa kembali teratur setelah empat pekan, meski tikus melanjutkan diet lemak tingginya. Jika tikus tak punya VEGF, penyerapan glukosa di otak tetap berkurang. "Dampaknya, tikus belajar lebih lambat dan memiliki gangguan memori," tutur Jais.

MPG.DE | TRI ARTINING PUTRI 


 



Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tri Artining Putri

Tri Artining Putri

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus