Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKELOMPOK alumnus Institut Teknologi Bandung menyulap limbah kulit buah menjadi lembaran kulit buatan. Hasil riset dan pengembangannya bisa menjadi alternatif penggunaan kulit hewan, seperti sapi. Biomaterial microbial cellulose yang dinamakan Misel itu berasal dari hasil fermentasi kulit buah kopi kering atau cascara. Inovasi ini ikut melenggang dalam Milan Fashion Week di Italia, 21 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim pembuat Misel tergabung dalam perusahaan rintisan Bell Society yang sejak 2019 bernaung di bawah PT Kurva Lonceng Khatulistiwa. Kantornya berlokasi di Jalan Cigadung Raya Barat, Kota Bandung. Pendirinya adalah Arka Irfani dan Semeru Gita Lestari, sarjana biologi dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, serta Muhammad Taufiq, sarjana astronomi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB. Mereka teman seangkatan kuliah 2014 dan lulusan 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Arka, pembuatan Misel dirintis pada 2017. Saat itu mereka masih menjadi tim program kreativitas mahasiswa. Usulan mereka adalah membuat kertas dari hasil fermentasi limbah kulit buah. Dalam percobaan, tekstur lembaran produk yang dihasilkan ternyata tebal dan kuat sehingga urung dijadikan kertas. "Dari situ kita melakukan riset, bisa jadi apa (lembaran itu). Ternyata bisa jadi pengganti kulit hewan," katanya, Senin, 4 Oktober lalu.
Awalnya mereka menjajal segala macam limbah organik, seperti kulit kupasan ubi, singkong, kentang, dan tomat. Kulit nanas, buah naga, dan semangka juga pernah dipakai. Semua limbah itu, tutur Arka, bisa diolah menjadi Misel. Kini mereka menggunakan limbah kulit biji kopi yang dikeringkan. "Kita fokusnya ke limbah, jadi enggak menanam khusus. Sisa (kulit buah kopi) yang dibuang orang kita pakai," ujarnya.
Proses Pembuatan Misel
Mereka tertarik memanfaatkan limbah kopi karena jumlahnya banyak dan ketersediaannya konsisten. Arka menjelaskan, produksi biji kopi dari industri sebanyak 720 ribu ton per tahun. "Sebanyak 40-48 persen dalam bentuk kulit," tuturnya. Saat ini mereka mengumpulkan cascara dari petani kopi di sekitar pegunungan Bandung, seperti di kawasan Gunung Tilu. Meskipun panen dilakukan satu-dua kali dalam setahun, sejauh ini stok yang diperoleh cukup untuk produksi Misel.
Perancang busana Jenny Yohana Kansil lewat label JYK memadukan Misel dengan kain batik Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang bercorak khas buah durian. Pendiri Istituto di Moda Burgo Indonesia itu menampilkan sepuluh busana terbarunya dalam peragaan busana Emerging Talents Milan Fashion Week Spring/Summer 2021, 21 September lalu, di Milan. Potongan lembaran Misel yang keriput berwarna cokelat dan hitam dijadikan pola rompi, rok, dan aksesori busana. Olahannya sama dengan buatan Bell Society, yaitu dompet, tas, dan purwarupa sneaker.
Tim Bell Society juga melakukan uji Misel secara mandiri yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia. Hasilnya, dalam uji tarik bahan kulit yang berkisar 8-20 megapascal, nilai Misel 11,5. "Jadi sudah masuk kategori kulit," ucap Arka. Adapun tingkat kemuluran Misel berkisar 20-30 persen. Hasil ini melengkapi hasil uji lain, yaitu sebagai bahan berkelanjutan dari alam dan mudah terurai ketika menjadi limbah.
Unsur organik lain ada pada pewarnaan Misel yang memakai tanaman, seperti merah dari pohon secang dan biru atau hitam dari tarum alias Indigofera. Mereka kini sedang berusaha menjawab tantangan meningkatkan skala produksi lewat riset sesuai dengan permintaan konsumen yang menanyakan berbagai ukuran Misel.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo