Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Peneliti Coba Ubah Kulit Udang Jadi Plastik  

Para peneliti pada Universitas Nile, Mesir sedang mengembangkan
cara untuk mengubah kulit udang kering menjadi plastik.

7 Maret 2017 | 18.05 WIB

ANTARA/Basri Marzuki
Perbesar
ANTARA/Basri Marzuki

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti pada Universitas Nile, Mesir, sedang mengembangkan cara untuk mengubah kulit udang kering, yang biasanya dibuang percuma, menjadi sejenis plastik film yang mudah terurai, dan diharapkan kelak bisa menjadi kantong belanja dan kemasan yang ramah lingkungan.

Memasuki enam bulan dari proyek dua tahun, tim peneliti sudah berhasil menciptakan prototipe lembaran tipis dan bening terbuat dari kitosan, zat yang terdapat pada kulit udang dan cangkang jenis hewan air berkulit keras lainnya.

"Bila diperdagangkan, bahan ini akan sangat membantu mengurangi limbah dan dapat meningkatkan impor produk makanan kita karena plastiknya bisa antimikrobial dan antibakteri," kata Irene Samy, guru besar yang bertanggungjawab atas proyek tersebut kepada Reuters.

Para peneliti itu membeli kulit udang yang tidak berharga dari sejumlah rumah makan, toko swalayan dan nelayan dengan harga murah.

Penggunaan cangkang udang bisa berkelanjutan karena bisa menggantikan materi sintetis yang biasa dipakai untuk membuat plastik serta memangkas jumlah limbah tak ramah lingkungan dari produk makanan olahan di Mesir, kata Samy.

Kulit udang itu dibersihkan, diolah secara kimiawi, dihancurkan dan dilarutkan ke dalam cairan lalu dikeringkan menjadi film tipis atau plastik, suatu teknik yang menurut tim peneliti berpotensi untuk diproduksi dalam industri skala besar.

"Mesir mengimpor sekitar 3.500 ton udang yang menghasilkan 1.000 ton limbah kulit udang... maka daripada membuangnya, kami bisa membuat kantong plastik yang bisa hancur," kata Hani Chbib, seorang peneliti pada proyek itu, kepada Reuters.

Proyek tersebut merupakan kolaborasi antara tim Universitas Nile dan kelompok peneliti dari Universitas Nottingham, Inggris, tempat Samy mengambil penelitian post-doktoral dan mulai bereksperimen dengan gagasan tersebut.

Tim tersebut hanya memproduksi contoh dalam jumlah kecil dan proyek tersebut belum siap untuk membuat produksi komersial, meskipun demikian tim bekerja keras untuk mengembangkan perlengkapan yang dapat digunakan secara luas.

"Kami terus melanjutkan pekerjaan untuk memajukan sifatnya, seperti keseimbangan panas dan daya tahannya," kata Samy.



ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus