Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Peneliti Temukan Alasan Kenapa Manusia Menggaruk  

Peneliti mengamati reaksi tubuh manusia saat mendapat rangsangan gatal. Ini hasil penelitiannya.

4 November 2015 | 20.33 WIB

LIVESCIENCE
Perbesar
LIVESCIENCE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Inggris - Reaksi umum manusia ketika mengalami rasa gatal adalah menggaruknya. Tim peneliti baru-baru ini menemukan alasan mengapa kita otomatis menggaruk area tubuh yang terasa gatal.

Seperti dilansir dari Universal Science, rasa gatal muncul saat ada gesekan atau sentuhan ringan suatu obyek dengan kulit berambut kita. "Dengan menggaruk, tubuh kita secara otomatis mengeliminasi penyebab rasa gatal itu, seperti saat ada nyamuk yang mendarat di lengan kita," kata Harriet Dempsey-Jones, peneliti neurosains klinis dari Universitas Oxford pada 3 November 2105.

Namun ternyata tak semua sentuhan pada tubuh menyebabkan rasa gatal. Para peneliti mengatakan, sentuhan-sentuhan diklasifikasikan kembali oleh saraf yang disebut inhibitory spinal interneurons. Saraf yang terletak di tulang belakang ini berperan sebagai gerbang antara kulit dan otak. Mereka dapat meneruskan rangsangan sinyal gatal ke otak atau menghentikannya.

Untuk mengerti lebih jauh, para peneliti kemudian mengamati reaksi tubuh tikus terhadap rangsangan gatal. Dalam percobaan, ada sejumlah tikus yang memiliki kebiasaan menggaruk kronis, sampai-sampai mengakibatkan kerontokan bulu. Ternyata, jumlah sel saraf inhibitoris di tulang belakang mereka rendah. "Jadi, kami menyimpulkan kalau 8,4 persen penduduk dunia yang terjangkit gatal kronis, kekurangan sel saraf ini juga," kata Jones.

Sel saraf ini ternyata mampu membagi dua jenis sentuhan terhadap tubuh. Pertama adalah sentuhan kimiawi yang menyebabkan gatal, seperti gigitan serangga, serta sentuhan yang menyebabkan sakit. Sentuhan yang menyebabkan rasa sakit memberikan rangsangan yang lebih kuat dan menekan rangsangan rasa gatal.


Ternyata pula, rasa gatal dapat disebabkan secara psikologis. "Jadi seperti tertular, saat melihat ada orang lain menggaruk, kita seolah tertular rasa gatalnya," kata dia. Hal ini telah dilakukan melalui uji coba di suatu ruangan kuliah umum yang dipenuhi peserta. Saat pemberi materi menggaruk, beberapa peserta pun terlihat melakukan hal yang sama secara refleks.


URSULA FLORENE | THE CONVERSATION | UNIVERSAL SCIENCE




 




 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ursul florene

ursul florene

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus