Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini Gempa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan alat yang mereka kembangkan tak pernah dirancang untuk mendeteksi gempa kecil. Pernyataan itu untuk menjawab keraguan sebagian kalangan atas presisi metode alat dan klaim keberhasilan prediksi gempa yang sudah mereka umumkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berita terpopuler selanjutnya tentang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana menambah alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, salah satunya adalah jenis pesawat Multi-Role Tanker Transport (MRTT) di kategori special mission aircraft. Jenis pesawat ini ada dalam daftar yang menyertai heboh rencana belanja senilai lebih dari Rp 1.700 triliun hingga 2024 yang dokumennya diperoleh TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain itu, Penelitian mengungkapkan bahwa kasus infeksi Covid-19 di Indonesia jauh lebih tinggi daripada data resmi yang dilaporkan Kementerian Kesehatan. Indonesia mencatat 1,83 juta kasus positif Covid-19 dari sekitar 270 juta total penduduk, tapi para epidemiolog percaya bahwa angka sebenarnya lebih tinggi, karena kurangnya pengujian dan penelusuran kontak.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini Gempa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan alat yang mereka kembangkan tak pernah dirancang untuk mendeteksi gempa kecil. Pernyataan itu untuk menjawab keraguan sebagian kalangan atas presisi metode alat dan klaim keberhasilan prediksi gempa yang sudah mereka umumkan.
Keraguan di antaranya datang dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG yang menyodorkan catatan bahwa klaim prediksi gempa tim peneliti itu hanya untuk gempa dengan Magnitudo kurang dari 5,3. BMKG tak terkesan dengan klaim itu karena menilai peluang kejadian gempa yang disebutnya kecil-kecil seperti itu di wilayah Indonesia sangat tinggi.
BMKG, seperti diketahui, selama ini menyatakan belum ada teknologi yang mampu memprediksi kejadian gempa bumi. Riset panjang yang sudah dilakukannya pun belum ada yang memberikan hasil konsisten. Oleh karena itu BMKG menantang tim dari UGM membuat prediksi gempa-gempa besar untuk bisa meyakinkannya.
Menjawab tantangan dan keraguan itu, Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini Gempa UGM, Sunarno, membenarkan bahwa gempa-gempa berkekuatan kecil lebih sering terjadi daripada yang besar. Dia juga tak membantah penilaian lebih mudah memprediksi gempa-gempa yang lebih kecil atau lemah.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana menambah alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, salah satunya adalah jenis pesawat Multi-Role Tanker Transport (MRTT) di kategori special mission aircraft. Jenis pesawat ini ada dalam daftar yang menyertai heboh rencana belanja senilai lebih dari Rp 1.700 triliun hingga 2024 yang dokumennya diperoleh TEMPO.
Dunia mengenal jenis pesawat MRTT yang dikembangkan dari Airbus A330. Pesawat pabrikan Prancis itu merupakan pesawat tanker bermesin ganda pengisian bahan bakar udara berbasis pesawat sipil Airbus A330-200. Bukan hanya untuk pengisian bahan bakar di udara, pada praktiknya pesawat ini juga bisa dimanfaatkan untuk fungsi lainnya.
Aviation24, November 2020 lalu, melaporkan Airbus A330 MRTT memiliki panjang 58,8 meter, lebar 60,3 meter, dan dilengkapi dengan dua mesin Rolls-Royce, masing-masing dengan daya dorong 72.000 pound. Daya dorong ini memungkinkan berat lepas landas maksimum hingga 233 ton, termasuk 110 ton kerosin, dan kecepatan jelajah 880 km/jam.
Ads by Kiosked
Pesawat pelaksanaan misi pengisian bahan bakar udara-ke-udara ini memiliki dua sistem. Sistem tiang pengisian bahan bakar canggih yang terletak di bagian belakang dan pengisian bahan bakar dengan pipa dan probe melalui pod yang ditempatkan di bawah setiap sayap.
Penelitian mengungkapkan bahwa kasus infeksi Covid-19 di Indonesia jauh lebih tinggi daripada data resmi yang dilaporkan Kementerian Kesehatan. Indonesia mencatat 1,83 juta kasus positif Covid-19 dari sekitar 270 juta total penduduk, tapi para epidemiolog percaya bahwa angka sebenarnya lebih tinggi, karena kurangnya pengujian dan penelusuran kontak.
Hasil studi seroprevalensi besar pertama di Indonesia—yang menguji antibodi—diungkapkan kepada Reuters, Selasa, 1 Juni 2021. Seroprevalensi adalah perhitungan jumlah individu dalam suatu populasi yang memperlihatkan hasil positif suatu penyakit berdasarkan spesimen serologi atau serum darah.
Studi nasional antara Desember 2020-Januari 2021 menunjukkan 15 persen orang Indonesia telah tertular Covid-19, sementara angka resminya pada akhir Januari mencatat infeksi di antara hanya sekitar 0,4 persen orang. Bahkan saat ini total infeksi positif di Indonesia baru sekitar 0,7 persen dari jumlah penduduk. Simak Top 3 Tekno Berita Hari Ini lainnya di Tempo.co.