Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - UEFA secara resmi menghapus regulasi gol tandang per Kamis, 24 Juni 2021, setelah beberapa tahun terakhir banyak pihak yang memprotes dan memberikan masukan lantaran aturan tersebut dinilai tidak adil dan merugikan. Aturan yang bertanggung jawab atas banyaknya tim sepak bola untuk memilih “parkir bus” ini akhirnya dihapus meski telah diterapkan sejak 1965 silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aturan gol tandang sendiri pertama kali diterapkan pada kompetisi sepak bola pada Piala Winners musim 1965/1966. Secara sederhana, aturan gol tandang menyatakan kesebelasan yang membuat gol lebih banyak di laga tandang akan menjadi pemenang, jika pada akhirnya skor agregat kedua tim terjadi seri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun alasan UEFA menghapus aturan gol tandang disebabkan statistik yang dianalisis dari pertandingan pertengahan 1970-an hingga sekarang, menunjukkan adanya pengurangan terus menerus yang menyebabkan kesenjangan antara jumlah kemenangan kandang 61 persen menjadi 47 persen dan tandang 19 persen menjadi 30 persen. “Jumlah rata-rata gol per pertandingan yang dicetak di kandang atau tandang, dari 2.02/0.95 ke 1.58/1.15, di kompetisi putra,” begitu pernyataan dari UEFA.
Aturan gol tandang resmi dihapus pada semua kompetisi di bawah naungan UEFA dan berlaku sejak musim 2021/2022. Setelah aturan ini dihapus, ketentuan di mana kedua tim mencetak jumlah gol yang sama dalam dua babak tidak akan diputuskan berdasarkan jumlah gol tandang. Selanjutnya apabila kedua tim mencetak jumlah gol yang sama atau seri selama dua babak, maka akan diberlakukan aturan dua periode perpanjangan waktu selama 15 menit, dan jika diperlukan akan diadakan tendangan penalti.
Jika pada babak kedua tim mencetak jumlah gol yang sama atau tidak ada gol selama waktu tambahan dua kali 15 menit tersebut, tendangan dari titik penalti akan menentukan tim yang lolos ke tahap kompetisi berikutnya. Selain itu, lantaran gol tandang tidak lagi memiliki bobot tambahan untuk menentukan tim mana yang menang, ketentuan tersebut juga berlaku saat sejumlah tim yang bersangkutan memiliki poin yang sama di babak penyisihan grup.
“Mereka (tim sepak bola) tidak akan dikeluarkan dari kriteria tambahan yang diterapkan pada semua pertandingan grup jika tim tetap sama (jumlah gol tandang yang lebih tinggi yang dicetak di semua pertandingan grup), untuk mempertahankan jumlah maksimum kriteria olahraga,” tegas UEFA.
Sementara itu Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, mengatakan dihapusnya aturan gol tandang telah dipertimbangkan sejak lama setelah mendapatkan banyak protes dari banyak kalangan. “Pertanyaan tentang penghapusannya (aturan gol tandang) telah diperdebatkan di berbagai pertemuan UEFA selama beberapa tahun terakhir,” kata Ceferin.
“Komite Eksekutif UEFA telah mengambil keputusan yang tepat dalam mengadopsi pandangan bahwa itu tidak lagi tepat untuk sebuah gol tandang untuk membawa lebih banyak bobot daripada satu gol di kandang,” kata Ceferin.
Dilansir dari laman www.tsn.ca, Presiden UEFA Aleksander Ceferin juga mengatakan bahwa aturan gol tandang tidak adil, terutama dalam perpanjangan waktu, karena mewajibkan tim tuan rumah mencetak dua gol ketika tim tamu telah mencetak gol. Menurut dia, aturan itu tidak berguna dan menghambat tim tuan rumah menyerang.
“Karena mereka takut kebobolan gol yang akan memberi lawan mereka keuntungan penting,” katanya dikutip Tempo dari www.tsn.ca pada Jumat, 25 Juni 2021.
Menurut Ceferin, meskipun tidak ada kesepakatan, namun banyak pihak yang terlibat dalam persepakbolaan seperti pelatih, penggemar serta pemangku kepentingan sepak bola lainnya yang mempertanyakan keadilannya telah menyatakan preferensi agar aturan tersebut dihapuskan.
Selama ini banyak tim yang memilih parkir bus alias bermain bertahan saat laga kandang disebabkan aturan tersebut. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk strategi sekaligus mengakali aturan gol tandang. Dengan penghapusan aturan gol tandang, Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, berharap tim-tim yang bermain di kandang lebih bermain menyerang ketimbang bertahan, sebab kini gol tandang maupun gol kandang memiliki nilai yang sama.
HENDRIK KHOIRUL MUHID