Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Pengembangan Keolahragaan Indonesia Richard Ahmad menaruh harapan besar atas kedatangan perwakilan Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) ke Indonesia. “Kami berharap pertemuan itu bisa menyelesaikan persoalan yang ada pada sepak bola Indonesia,” kata Richard, Selasa, 3 November 2015.
Kedatangan perwakilan FIFA dan AFC untuk bertemu Presiden Joko Widodo, menurut Richard, membuktikan Indonesia memiliki potensi baik pemain, pendukung, atau masyarakat yang pada umumnya menyukai bidang sepak bola. Kedatangan mereka, menurut Richard, adalah ingin tahu duduk persoalan sebenarnya yang terjadi di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Richard menginginkan FIFA segera mencabut hukuman terhadap sepak bola Indonesia. Selain itu ia juga berharap pembekuan yang dilakukan pemerintah terhadap PSSI bisa direvisi. “Tinggal tunggu saja nanti apa rekomendasi FIFA agar sepak bola Indonesia kembali berkompetisi,” ujar Richard.
Sementara itu, pengamat sepak bola, Eddie Elison, mengungkapkan pertemuan Presiden Joko Widodo dengan utusan FIFA dan AFC sama sekali tidak menyinggung masalah sanksi yang diberikan Kementerian Pemuda dan Olahraga kepada PSSI.
“Mereka kaget setelah mendengar langsung penjelasan faktual dan aktual dari Presiden Joko Widodo alasan memberikan sanksi kepada PSSI,” kata Eddie saat dihubungi Tempo pada Selasa, 3 November 2015.
Terkait dengan pembekuan tersebut, Eddie menuturkan banyak pelanggaran yang dilakukan PSSI baik terhadap pemain maupun aturan. Eddie mengatakan PSSI lalai ketika ada klub yang bermasalah seperti tidak menggaji karyawan bahkan hingga ada pemain asing yang meninggal. Secara hukum, Eddie menuturkan masih ada klub yang tidak patuh membayar pajak hingga pemain yang tidak memiliki nomor pokok wajib pajak.
DANANG FIRMANTO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini