Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Banda Aceh - Pemerintah Aceh menggelar turnamen sepak bola Aceh World Solidarity Cup untuk mengenang tsunami di Aceh 13 tahun lalu. Ajang tersehut akan diikuti oleh Timnas Indonesia dan 3 negara lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Panitia Aceh Solidarity Cup, M Zaini mengatakan selain Timnas, negara yang telah pasti ikut serta adalah Brunei Darussalam, Mongolia, dan Republik Kyrzistan. "Dua negara dalam konfirmasi adalah Australia dan Turki," katanya saat launching di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, 12 November 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Zaini, pertandingan tersebut awalnya mengundang negara-negara yang berimbas Tsunami Desember 2004 silam, maupun negara yang membantu Aceh untuk pemulihan pascatsunami.
Negara yang diundang tapi tak bisa hadir seperti Jepang, Thailand, Singapura, Malaysia dan beberapa lainnya. "Jepang punya agenda pertandingan di negaranya, sementara Thailand ada jadwal Piala Raja. Malaysia dan Singapura ikut Piala Raja," jelas Zaini.
Undangan terhadap negara-negara tersebut dilakukan oleh PSSI. Turnamen ini yang akan berlangsung pada 2 - 8 Desember 2017 ini akan memperebutkan hadiah total sebesar Rp 550 juta.
Sementara itu Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, menjelaskan, Pemerintah Aceh bertekad untuk mengembalikan dan meningkatkan prestasi olahraga Aceh, salah satunya melalui peningkatan frekuensi event kompetisi olahraga untuk menjaring bibit-bibit unggul.
"Inilah di antara yang menjadi latar belakang penyelenggaraan Aceh World Solidarity ini," ujar Gubernur.
Gubernur menjelaskan, kegiatan tersebut adalah turnamen sepak bola bertaraf internasional pertama level timnas yang diadakan di Aceh. "Turnamen ini merupakan perwujudan dari rasa solidaritas dunia terhadap Aceh yang pernah dilanda tsunami pada 2004 lalu."
Irwandi menambahkan, Aceh World Solidarity, seperti juga Sail Sabang, adalah awal dari kegiatan-kegiatan level internasional yang akan sering diadakan di Aceh.
Hal ini untuk membuktikan Aceh sebagai wilayah yang aman dan mampu menyelenggarakan turnamen internasional. "Sehingga tidak ada lagi kekhawatiran akan isu-isu keamanan di Aceh," ujar Gubernur.