Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

<font face=arial size=2 color=brown>Hanny Saputra:</font><br />Novel Hamka Datar, Saya Harus Membuat Konflik

5 September 2011 | 00.00 WIB

<font face=arial size=2 color=brown>Hanny Saputra:</font><br />Novel Hamka Datar, Saya Harus Membuat Konflik
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Salah satu sisi kontroversi film Di Bawah Lindungan Ka’bah garapan Hanny Saputra adalah terdapatnya adegan tambahan pengusiran Hamid, yang tak ada dalam novel. Mereka yang menyukai novel Hamka bisa mempertanyakan hal itu. Berikut ini penjelasan Hanny Saputra kepada wartawan Tempo Suryani Ika Sari seputar adaptasi film beserta kesulitan-kesulitan penggarapannya.

Bujet pembuatan film ini fantastis, mencapai Rp 24 miliar….

Pertama, ini setnya tahun 1920, sehingga memerlukan pakaian dengan setting di tahun yang sama. Kemudian syuting dilaksanakan di lokasi khusus yang berpindah-pindah, seperti Solok, Sumatera Barat, Subang, Semarang, Yogyakarta, Ambarawa, dan Bayah, Banten. Kemudian kami harus membangun surau dan Ka’bah model era awal abad ke-20. Juga kami memakai teknologi CGI (computer generated image) pada beberapa bagian film.

Bisa diceritakan di adegan mana saja dipakai teknologi CGI?

Waktu Hamid jalan naik unta di Arab itu kan sebenarnya syutingnya di lorong Kota Tua dan Pecinan Semarang, tapi kami rombak jadi pasar. Juga lokasi Ka’bah, semuanya menggunakan teknologi CGI.

Apa kendala terbesar dalam pembuatan film ini?

Yang pasti, penggarapannya cukup lama, mencapai tiga tahun, dengan penggantian sutradara hingga empat kali. Saya menjadi sutradara yang keempat. Bagi saya yang rumit adalah penekanan Hamka bahwa cinta merupakan jalan ke Tuhan. Hamka bilang cinta itu jiwa. Hamka menekankan pembedaan fisik dan kalbu. Cinta itu tak sekadar cantik fisik, tapi juga cantik di hadapan Tuhan. Menurut Hamka, tubuh fisik mati, jiwa enggak mati bersama cinta itu. Ini yang susah….

Maksudnya?

Ya, itu kan abstrak….

Untuk dialog bikin baru, ya?

Iya. Tapi kami enggak terlalu memakai dialek Padang, hanya ada rasa Padang, karena kami ingin film ini lebih pop. Juga musiknya, biar orang tak merasa jadul. Ini film tempo dulu, tapi modern.

Adegan pengusiran Hamid tidak ada dalam novel. Bisa Anda ceritakan?

Itu namanya pengembangan dari sebuah film, karena film perlu konflik yang lebih jelas. Maka kami buat adegan pengusiran Hamid karena Hamid dianggap bersalah menolong Zainab dengan cara memberikan napas buatan itu.

Anda sengaja mendapatkan klimaks film?

Iya, karena film itu baru terasa ketika permasalahan itu muncul. Novel Hamka itu sesungguhnya datar sekali, tak ada konflik antara Zainab dan Hamid. Itu yang susah. Alur cerita film saya juga sedikit berbeda dari novel. Kalau novel kan flashback, Mekah dulu, baru balik kampung, tapi di film ini lebih linier.

Apakah Anda tak khawatir dinilai merendahkan karya Hamka?

Kami sempat berdiskusi dengan Taufiq Ismail. Taufiq tidak mempersoalkannya dan sudah mengingatkan akan jadi kontroversi. Makanya kami ambil beberapa kebijakan agar konflik tetap berjalan pada batasan yang jelas.

Respons dari keluarga Hamka bagaimana?

Mereka terima. Kami be­rikan draf itu beberapa kali. Mereka juga sudah nonton filmnya. Enggak ada komplain.

Omong-omong, apakah Anda menonton film Asrul Sani (Para Perintis Kemerdekaan) yang mengambil cerita dari novel yang sama?

Enggak. Saya enggak mau, nanti film saya akan terpengaruh. Tapi katanya beda jauh karena yang lama itu banyak menekankan sisi perjuangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus