Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Aktor dan sutradara teater, Wawan Sofwan di Bandung menggarap pentas seni berjudul Bung Karno Series: Besok Atau Tidak Sama Sekali. “Pertunjukan ini terkait dengan 120 tahun Bung Karno,” kata Wawan, Ahad, 13 Juni 2021. Pementasan yang terbagi dalam lima episode itu ditayangkan di akun YouTube Suarahgaloka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tayangan seri perdananya pada 5 Juni 2021, atau sehari sebelum tanggal kelahiran Sukarno alias Bung Karno. Tokoh nasional yang bernama asli Koesno Sosrodihardjo,itu lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Pementasan teater itu untuk merenungkan kembali pemikiran-pemikiran Bung Karno di masa perjuangan. Wawan berperan sebagai Bung Karno dengan jas dan pantalon putih serta berpeci hitam serta dasi merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagian atau episode pertama yang berjudul Menuju Pencerahan, berdurasi hampir 30 menit. Adegan awalnya suasana menjelang pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sukarno saat itu memerlukan Mohammad Hatta. “Demi persatuan, aku memerlukan orang dari Sumatera, dan Hatta adalah pilihan yang paling baik,” katanya.
Aktor dan sutradara teater Wawan Sofwan menampilkan monolog Hari Kebangkitan Nasional di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Senin malam, 20 Mei 2019. TEMPO/Anwar Siswadi
Adegan selanjutnya mundur ke masa kecil, sekolah, perkenalannya dengan tokoh-tokoh pergerakan seperti H.O.S. Tjokroaminoto, cerita cinta, dan perjalanannya studi ke Bandung. Bagian akhirnya berkisah tentang Bung Karno yang berhasil lulus kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng pada 25 Mei 1926 di sela kegiatan politiknya menentang Belanda.
Gelar insinyur Soekarno diraihnya dari jurusan Teknik Sipil dengan spesialisasi pekerjaan jalan raya dan pengairan. “Meskipun aku memutuskan akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk menghancurkan kekuasaan kolonial, aku harus berterima kasih kepada mereka atas pendidikan yang diberikan kepadaku,” katanya.
Alur kisah rangkaian pertunjukan itu terangkum dari beberapa fragmen yang mengulik kisah percintaan Bung Karno di masa muda, pengasingan oleh pemerintah Hindia Belanda guna meredam pemikiran progresif Bung Karno hingga momen detik-detik kemerdekaan Indonesia. “Naskahnya sudah melewati proses yang sangat panjang dari sisi riset dan observasi,” kata Wawan.
Pertunjukan monoloh Bung Karno ini memperpanjang catatan rekornya. Sebelumnya Wawan mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai aktor sekaligus sutradara yang paling sering mementaskan monolog tentang Bung Karno. Sejak 2002, tak kurang Wawan terlibat dalam 85 pementasan monolog pidato Bung Karno.
ANWAR SISWADI