RAHASIA PERKAWINAN
Cerita: Yatie Octavia
Skenario: Deddy Armand
Sutradara: Maman Firmansyah
Produksi: PT Rapi Film
TAMPIL kembali pasangan -- hampir tetap -- Roy Marten dan Yatie
Octavia. Yang laki berperan sebagai perjaka, yang perempuan
tampil sebagai isteri kesepian dari suami yang kurang sanggup
melaksanakan "tugas malam" di rumah -- lagi-lagi!
Lokasi pertemuan rumah besar, lengang tanpa bedinde, di daerah
terpencil. Nah, tidak bisa lain, Yatie dan Roy terpaksa main
ranjang lagi. Dan film ranjang-ranjangan ini menjadi semakin
istimewa karena dibuka dengan ayat suci Al Quran dan ditutup
dengan suara azan. Masya Allah, memang.
Ini tontonan barangkali ada punya minat buat bikin dakwah. Konon
judul aslinya berbunyi Hukuman Zinah. Cuma lantaran pejabat film
di Deppen merasa risih dengan itu judul, entah kenapa, jadilah
ia Rahasia Perkawinan. "Janganlah kau mendekati zina . . . "
(Al-Qur'an). Sebab akibatnya seperti yang dialami Yatie Octavia
dan Roy Marten. Apa yang dialami? Sudah tersiar: Yatie digundul
setelah tuhuhnya terbakar. Itu semua sudah masuk koran. Roy mati
tertembak Husin (Farouk Afero) yang sebenarnya juga bernafsu
pada Yatie yang kesepian. Suami Yatie (Rahmat Hidayat) juga
terhukum, karena gemar zina di masa mudanya.
Stop di sini
Niat dakwah ini film boleh dibanggakan. Tapi lantaran nafsu
dakwahnya menggebu-gebu tidak sempat memberi sedikit akal. sehat
kepada jalan cerita dan para pemainnya. Pokoknya perjaka muda
ketemu isteri cantik yang diterlantarkan suami dan seterusnya
dan seterusnya, naik ranjang ekornya. Cerita rutin yang
menguasai film Indonesia itu makin menjadi ampas apek oleh
ketololan tokoh-tokoh yang digambarkan. Yatie dan Roy
digambarkan sudah seolah binatang saja layaknya, hingga cuma
sekslah yang penting, dan untuk itu tengah malam rumah bisa
ditinggalkan untuk pergi ke gubuk. Mengapa tidak di rumah saja
anunya itu? Toh sepi?
Tapi yah, susah juga kalau di rumah. Penduduk kampung sulit
mendapat alasan menggerebek dua bintang film terkenal itu.
Lihatlah bahwa untuk mendapatkan adegan penggerebekan itu cerita
dibengkokkan segampang mungkin. Dan orang kampung itu, dari
mana mereka? Sepanjang film ini dipertunjukkan, tidak sebuah
gambar pun yang mencoba memberikan kesan meyakinkan akan jarak
yang dekat antara rumah besar Yatie dan rumah-rumah kampung.
Bagaimana bisa jadi?
Bisa repot memang, bila terlalu banyak yang dipertanyakan.
Sekedar contoh gubuk tempat Roy dan Yatie beranu mula-mula
letaknya di tanah berbukit. Tapi ketika digerebek, eh gubuk itu
sudah pindah ke pekarangan yang datar. Jelas pemindahan
seenaknya ini untuk menggampangkan pengambilan adegan Yatie
digundul.
Juga tidak usah dipertanyakan mengapa Rahmat Hidayat harus lari
ke arah gubuk sementara mobilnya menanti dengan setia. Nampaknya
cara ini dipilih sutradara untuk memenuhi kehendak cerita yang
memutuskan untuk membunuh Rahmat dengan dinamit, diledakkan anak
buahnya yang lagi bekerja.
Mengapa Rahmat harus mati? Mengapa di tengah banjir yang
mengancam proyek, masih ada karyawan yang tenang meledakkan
dinamit di tengah malam buta? Ah, stop di sini sajalah.
Rahasia Perkawinan adalah contoh dari film-film yang dibuat dari
cerita yang seru, hebat, besar. Itu maunya. Tapi
asumsi-asumsinya adalah asumsi umum, klise dan diulang di hampir
semua film buatan negeri ini atau buatan Hongkong dan Italia. Di
sini setiap isteri muda -- apalagi kalau suami kurang jago di
tempat tidur, apapun alasannya -- tentu berhakat tante girang.
Dan adegan ranjang menemukan bentuknya jika tokoh anak muda
muncul di depan kamera.
Tontnan semacam ini menjadi semakin mendongkolkan jika
dikerjakan tangan yang tidak terampil. Maka yang disaksikan para
pembeli karcis sesungguhnya belum sebuah cerita. Melainkan
sebuah rencana cerita, sebuah resep, formula dari berbagai hal
yang dianggap komersil oleh sang produser. Begitulah adanya
dengan sebagian besar film buatan Jakarta.
Salim Said
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini