Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Superhero telah menjadi watak Amerika: daya tempur menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan politiknya, sehingga demi "keadilan dan kebenaran", hukum boleh dilanggar, dengan daya tempur sebagai andalan. Dalam film Daredevil (Mark Stephen Johnson, 2003) yang masih beredar di Jakarta, penonton bisa menyaksikan pengacara Matt Murdock yang buta itu mengamuk pada malam hari sebagai Daredevil, membereskan seorang pemerkosa yang sedang merayakan kebebasannya setelah menang di pengadilan. Bukankah ini sama dan sebangun dengan "kebiasaan" Amerika dalam melanggar hukum internasional atas pembenarannya sendiri? Semangat superhero telah lama digugat para pakar etika Amerika sendiri karena kecenderungannya yang kuat untuk mengabaikan hukum dan membenarkan pelanggaran sebagai jalan pintas, sesuai dengan cara berpikir pragmatis.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo