Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival Sinema Jerman dibuka mulai pekan lalu. Pada tahun keempatnya, film-film dari Jerman ditayangkan mulai Jumat lalu (11/9) hingga 20 September 2015. Film pembukaan dalam festival Sinema Jerman ini adalah Labyrinth des Schweigen atau Labyrinth of Lies karya dari Sutradara Giulio Ricciarelli. Film ini akan diputar pukul 19.00 di Studio XXI, Epicentrum Walk, Jalan Rasuna Said Jakarta Pusat; GoetheHaus, Jalan Sam Ratulangi No 9-15, Menteng, Jakarta Pusat; dan dan Studio XXI Empire Jalan Urip Sumoharjo, Yogyakarta.
Dalam siaran pers yang diterima Tempo, Goethe Institut, penyelenggara acara menyebutkan bahwa Film ini bersetting pada tahun 1958 tentang jaksa muda yang membongkar konspirasi untuk menutupi masa lalu gelap tokoh masyarakat yang terlibat Nazi. Film ini pertama kali diputar perdana pada Toronto Film Festival.
Selain itu, ada pula 17 film Jerman yang akan diputar dalam film ini. Antara lain; “The Salt of the Earth“ karya Wim Wenders dan Juliano Ribeiro Salgado; film box office Jerman, “Fack Ju Göhte“ (“Suck me Shakespeer“); komedi tentang kriminal yang dipaksa menjadi guru; dan “As We Were Dreaming”, film teranyar dari Andreas Dresen, sutradara film Herman yang terkenal dengan gaya realistisnya.
Dengan pemilihan lintas warna lansekap film Jerman, festiva ini berharap dapat menarik lebih dari 12.000 pengunjung. Festival ini juga berharap dapat meningkatkan ketertarikan pada sinema Jerman. Seluruh film dapat dinikmati khalayak luas dengan adanya teks bahasa Inggris.
Pemutaran akan diadakan di tujuh kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar dan Medan. Jadwal penayangan bisa dilihat di http://www.goethe.de/ins/id/lp/prj/gci/prg/idindex.htm
Tahun ini, German Cinema adalah bagian dari Jerman Fest, sebuah festival yang berlangsung selama tiga bulan dalam rangka merayakan persahabatan antara Indonesia dan Jerman. Jerman Fest adalah sebuah inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Indonesia, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta dan Ekonid.
AMANDRA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini