Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG perempuan menangis tersedu-sedu sambil terus meneriakkan nama suaminya, Cak Durasim. Sesekali ia berlari ke kanan dan kiri panggung seperti sedang mencari sosok suaminya yang tak kunjung pulang ke rumah. "Sedino, seminggu, sewulan, ndak mulih-mulih, Cak (sehari, seminggu, sebulan, tidak pulang-pulang, Cak)," kata dia dalam bahasa Jawa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo