Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Laki-laki dari utara

Pengarang: w.b. sidjabat jakarta: sinar harapan, 1982 resensi oleh: s.i poeradisastra (bk)

14 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AHU SI SINGAMANGARAJA Oleh: W.B. Sidjabat Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1982, 487 halaman. BUKU Prof. Dr. W.B. Sidjabat tentang Si Singamanaraja membenarkan kehadirannya di tengah-tengah sekumpulan buku tentang toko yang sama. Sebab buku ini berisi penilaian kembali sejarah perjuangan pahlawan Indonesia kelahiran Tapanuli itu. Ia tak hanya bercerita mengenai siapa, juga tentang apa Si Singamangaraja Dalam buku ini Sidjabat menegaskan kembali daya-pantul (reperkusi) aksi perlawanan Si Singamangaraja sebagai kembaran perlawanan rakyat Aceh menentang pembentukan tertib damai Belanda (Pax Neerlandica). Ia mencatat "Perang Aceh dan Perang Batak itu erat bertalian karena berlangsung dalam masa sejarah yang bersamaan dan di daerah yang berbatasan." (Halaman 146). Sidjabat juga membingkaikan perlawanan rakyat Tapanuli di dalam kerangka ikhtiar Belanda membuka sumber kekayaan alam seperti tembakau, karet, kelapa, $awit dan minyak di Sumatera Utara dan Aceh. Karena itulah penyerbuan modal swasta ke Indonesia bertepatan dengan dikeluarkannya Undang-undang Agraria, Undang-undang Gula, dan Undang-undang Pertambangan De Wall pada tahun 1870. Tahun itu tak hanya merupakan awal kurun modal monopoli, juga mulai dilakukannya ekspedisi perang Belanda ke daerah Tapanuli (halaman 72). Dalam Bab V (Ekspansi Ekonomi Belanda dan Akibatnya bagi Sumatera Utara) dilukiskan latar (setting) ekonomi yang menjadi penyebab tindakan-tindakan militer dan politik Belanda di Sumatera Utara. Bab VI (Pertarungan Rakyat Sumatera Utara Bersama Si Singamangaraja XII melawan Belanda) melukiskan peta politik sejak penabalan Si Singamangaraja XII pada tahun 1875 sebagai prolog peperangan. Dengan terperinci Sidjabat memaparkan tipudaya Be anda mencari-cari 'alasan' perang (casus belli) yang dibuat-buat dan sikap Si Singamangaraja yang suka damai. Bak kata peribahasa Inggris: kaum kolonialis Belanda "meminta terlalu banyak dan memberi terlalu sedikit (asking too much and giving too little)." Demikianlah pengumuman perang (Batak: pulas) dikeluarkan di Balige pada tanggal 16 malam 17 Februari 1878. Hal penting yang ditegaskan pada bab ini adalah kehadiran pasukan Aceh di dalam lasykar Si Singamangaraja XII sejak awal peperangan (penyerbuan terhadap kubu Belanda di Bahal Batu, 19 Februari 1878). Digambarkan pula bahwa serbuan bersifat serangan badai (storrmaanval, assault) dengan menggunakan senjata yang sangat aneka-warna. Namun senapan lantak dan lembing cukup repot dan kepepet menghadapi senapan berpatron, meriam, dan pelempar granat yang merupakan kekuatan unggul. Bab ini berakhir dengan tertembaknya Si Singamangaraja di dekat Pearaja Dairi, 17 Juni 1907 sekitar pukul 18.00, tanpa bersedja mengangkat tangan menyerah (hal. 29). Bab VII (Reaksi terhadap Gugurnya Si Singamangaraja XII) membicarakan epilog Perang Batak berupa perlawanan rakyat yang ingin melanjutkan perjuangan pahlawan mereka. Kelompok para pengikut tergigih Si Singamangaraja XII adalah kaum sinkretis Parmalin yang memadukan kepercayaan asli Batak, agama Islam dan agama Katolik Roma, melalui pengaruh botanis Dr. Elio Modigliani dari Italia. Bab VIII (Benarkah Si Singamangaraja XII Menganut Agama Islam?) mencoba menjawab pertanyaan tentang agama yang dianut Si Singamangaraja selama lima tahun terakhir usianya. Sidjabat mengenyampingkan hal itu sebagai desas-desus. Ia bahkan menunjukkan fakta adanya surat-menyurat antara Si Singamangaraja XII dengan Dr. I.L. Nommensen, pendeta Perhimpunan Pekabaran Injil Rein (Rheinische Missions Geselkchaft). Dan Sidjabat menduga Si Singamangaraja XII konon menyatakan kepada Sintua Laban Siahaan, salah seorang tokoh terkemuka Kongsi Batak (badan pekabaran Injil yang diselenggarakan orang-orang Batak), tentang kemungkinannya ia masuk agama Kristen. Itu dicatat pendeta Johannes Warneck dalam laporan lima puluh tahun Pekabaran Injil Batak. Bab XI (Sikap Si Singamangaraja terhadap Zending) menggambarkan pada dasarnya Si Singamangaraja XII tidak anti-Kristen, bahkan menyanggupi tak akan merintangi pengembangan agama Kristen di daerah yang dikuasainya. Dilukiskan pula baiknya hubungan Dr. I.L. Nommensen dengan Si Singamangaraja XII. Namun karena pekabaran Injil Kessel -- orang Belanda mengundang serdadu-serdadu Belanda ke daerahnya, maka Si Singamangaraja menyuruh para anak buahnya membakari gereja dan rumah pekabar Injil di Lilntongnihuta, Paranginan, dan Nagasaribu (halaman 406). Logika perjalanan hidupnya yang diburu-buru Belanda setelah tertembak pada pertempuran Balige kedua (1883) membuat ia tegar bertahan kepada kepercayaan leluhurnya. Buku ini memberikan gambaran panoramik-analitik tentang perjuangan Si Singamangaraja XII. Karena itu karya Sidjabat berisi penilaian kembali yang cukup berimbang, sekalipun tentang hal itu bukan final. Orang masih akan memberikan penilaian lain lagi. Pustaka yang luas dan banyak diantaranya baru seperti Naskah Raja Buntal dan merupakan sumber-sumber primer serta wawancara dengan berpuluh-puluh orang membuat buku ini menjadi sebuah karya standar yang penting. Kurangan-kurangannya ada. Berbagai kutipan kurang saksama diterjemahkan. Misalnya, kutipan dari disertasi J.C. van Leur massaal goederenverkeer seyogianya bukanlah perdagangan bahan-bahan secara massal (halaman 99), melainkan lal-lintas barang secara massal. Salah cetak lumayan pula banyaknya: poenale Sanctie menjadi Punale (oe dijadikan u), sekali menjadi selaki (halaman 170), Furnivall menjadi Furnifall (halaman 148). Selanjutnya untuk sebuah buku setebal 487 halaman sepantasnya disertakannya suatu indeks nama dan hal-ihwal -- untuk memudahkan orang mencari apa yang diperlukannya sebagai referensi. S.I. Poeradisastra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus