Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hilang sinyaru nampaklah pagai/ Hilang dilamun-lamun ombak/ Hilang sibungsu nan dek parangai/ Hilang di mato urang nan banyak. Pantun lama Minang itu dilantunkan berulang-ulang oleh sejumlah penyanyi lelaki dengan lambat, diiringi perkusi yang mengentak-entak, mempertajam suasana duka yang dibangun musik itu. Beberapa penari berjubah hitam bergerak dalam langkah-langkah mengayun, menyiratkan gabungan silat dan berbagai unsur tari Minang, seperti randai.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo