Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival musik Djakarta Warehouse Project atau DWP 2019 hari kedua, Sabtu, 14 Desember 2019, ditutup oleh penampilan Sonny Moore —kini populer dengan nama panggung Skrillex. Bunyi sirine dan kondisi panggung gelap menjadi penanda DJ asal Amerika itu naik ke atas panggung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari atas, Skrillex berteriak "Are you ready, Jakarta? One two three four..." kemudian disamber dengan intro khas miliknya. Saat lampu panggung mulai menyala bersamaan dengan latar panggung yang menampilkan logo Skrillex, penonton sontak bergemuruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Single Messiah milik musisi MONSTA menjadi lagu pembuka. Dengan beat kusut racikannya, Skrillex membuat lantai dansa menjadi tak karuan. Belum lagi, lagu First of the Year, Tremor (Martin Garrix) dan Mo Bamba (Sheck Wes) versi pendek memantik gairah penonton baris depan untuk melakukan headbang. Terlihat beberapa kali juga ia menyapa penonton lewat live video yang muncul dari latar panggung.
Setelah itu, berbagai lagu populer turut dimainkan, seperti Purple Lamborghini, Would You Ever, Febreze, Good Feeling (Flo Rida), Work (Rihanna) dan lainnya. Di tengah penampilan sempat terjadi insiden mixer mati beberapa detik. "I kill my motherf**ker mixer, d*mn it," ujar Skrillex dari atas panggung.
Penonton terkecoh lantaran itu hasil perbuatan Skrillex yang disengaja. Mereka justru memberi tepuk tangan meriah hingga mixer kembali dinyalakan, dan Skrillex pun melanjutkan aksinya.
Single lawas Cinema dan Bangarang yang membawa Skrillex ke puncak kariernya turut dibawakan pada menit-menit terakhir. Seusai tampil, dengan diiringi bunyi sirine panjang, Skrillex turun dari panggung kemudian berlari melewati ruas barikade tengah sambil membentangkan bendera merah putih. Setelah menaruh bendera, ia menyempatkan diri untuk menyalami penonton yang berada di tepi barikade.
Mantan vokalis band emo asal Amerika, From First to Last, itu memutuskan banting setir menjadi disc jockey (DJ) sejak 2007. Namanya semakin dikenal sebagai DJ yang mengusung genre dubsteb pasca merilis EP My Name Is Skrillex yang dapat diunduh secara gratis melalui MySpace pribadinya pada awal 2010 silam.
Kariernya semakin moncer setelah EP keduanya, Scary Monsters and Nice Sprites, meledak di pasar dan menembus papan Billboard Amerika pada 2011. Kini, pelantun Ride The Wings of Pestilence itu menjadi salah satu DJ internasional yang diakui dunia atas prestasinya menyabet penghargaan Grammy Awards sebanyak 10 kali.
BERNADUS GUNTUR